I'm Back Again
Posted on Rabu, 04 Juli 2012 @ 03.01 with 4 comments


Raysha Gillbert LOG IN

Aduh, maaf ya, teman-teman aku baru bisa posting sekarang. Aku disibukkan banget sama ulangan, tugas, lomba, bla bla bla…

Gaya bicaraku sudah mulai berubah ya. Hahahaha…

Hari ini, aku akan menceritakan liburanku. Aku liburan di kampung halamannya Sylvia. Sylvia berasal dari Madiun, sebuah kota kecil di Provinsi Jawa Timur dengan makanan khas brem dan nasi pecel. Wah, aku ketagihan sekali makan brem dan nasi pecel!  Aku mengambil penerbangan Jakarta-Solo lalu diantar mobil jemputan ke Madiun. Benar-benar melelahkan sekali.

Sampai di Madiun, aku benar-benar senang, aku berkeliling di banyak tempat. Hari ini, aku mengunjungi air terjun Kedung Malam di Kecamatan Kare. Namanya lucu ya, kare, seperti nama makanan. Dalam perjalanan, kami sangat dimanjakan oleh pemandangan puncak Gunung Wilis yang indah. Daun-daun yang berguguran dan serentetan pohon jati.

Namun, semakin lama jalan semakin menanjak. Setelah “hampir” dekat dengan lokasi air terjun, kami kebingungan mencari pintu masuk. Akhirnya kami bertanya pada seorang anak kecil. Anak kecil itu jadi guide kami sampai di lokasi parkir ke tempat masuk.

Sampai di tempat masuk, kami bertanya, kira-kira berapa kilometer jarak dari tempat masuk ke air terjun, mereka menjawab kira-kira setengah kilometer. Dalam batinku, “ Ini sepertinya tidak akan jauh. “

Tapi, dugaanku meleset jauh. Perjalanan awal memang biasa. Naik turun melewati jalan becek. Untuk diketahui saja, air terjun ini belum dibuka untuk umum jadi jalannya, ya, masih berbahaya kalau diperhatikan. Jalannya kecil, hanya cukup untuk satu orang. Jalannya masih pasir yang terkadang becek terkena rembesan air tanah, di samping jalan yang kami lewati ada bukit dengan rerumputan, ya, lumayan untuk pegangan dan di samping jalan itu sudah jurang. Jadi harus benar-benar hati-hati. Air terjun ini juga berada di jurang.  Jadi perjalanan naik turun itu sama saja menuruni jurang.

Akhirnya perjalan yang cukup memacu adrenalin itu selesai. Tapi, perjalanan tadi itu masih jauh kalau ingin ke air terjun. Harus menyusuri sungai yang banyak pohon tumbangnya dan juga batu-batu besar. Tidak heran aku harus menaiki batu besar dan meloncati pohon tumbang. Jangan anggap remeh, ini sulit, apalagi untuk yang berbadan fat, seperti Sylvia. Menaiki batu besar yang kebanyakan berlumut itu susahnya setengah mati. Memang sulit untuk menaklukannya sendiri, sebab tiap jalan yang kami lewati kami harus selalu saling membantu. Air terjun ini masih tergolong sepi. Bahkan pengunjung yang datang bersamaan denganku hanya ada enam.

Yang paling seru, itu saat hampir sampai di air terjun, jalannya semakin kecil dan semakin becek. Kami lalu menemui jalan yang hanya separuh lebar kaki kami. Aku sempat bingung, bagaimana caranya melangkah. Aku mengedarkan pendangan sekelilingku dan voila aku menemukan sebuah baja hitam sebagai pegangan. Ya, akhirnya kami bisa dan selamat sampai tujuan.

Kejadian yang membuat kami terkejut adalah, saat Sylvia terperosok masuk ke dalam gerombolan batu besar yang mirip jurang. Waktu itu kam berusaha melewati sebuah batu besar berlumut. Sebenarnya batu besar ini mudah dilewati kalau saja di sampingnya tidak ada pohon tumbang yang menyumbat jalan. Waktu itu Sylvia berusaha mencengkram batu. Dia lalu mencoba memijakkan kakinya di pohon yang agak ke bawah letaknya itu. Namun, ternyata Sylvia salah perhitungan, yang dia pijak itu bukan pohon melainkan daun-daun yang menumpuk yang mulai mencoklat. Warnanya hampir sama. Kontan Sylvia terkejut dan berteriak. Apalagi dia sudah mulai kehilangan keseimbangan dan tidak dapat menemukan pijakan batu pada kakinya yang terperosok. Benar, saking besarnya batu yang kami lewati, itu menjadikan jarak yang hampir sama dengan jurang kecil. Aku segera menolongnya untung berhasil. Namun kami kehilangan air putih yang kami bawa. Hiks L

Setelah itu, kaki Sylvia tidak berhenti bergetar apalagi jalan masih jauh. Untung saja setelah itu tidak menemui hambatan. Sampai di air terjun, Sylvia segera berlari tepat di bawah guyuran air terjunnya. Kami lalu berfoto-foto dan bersenang-senang.

Lalu saat kami bersenang-senang, tiba-tiba datanglah sepasang kekasih. Yang laki-laki segera membuka bajunya saat tiba disana dan segera berlari ke air terjun yang satunya. Memang ada dua sumber guyuran air terjunnya. Yang laki-laki bilang pada pacarnya, “ Airnya hangat. “ Yeah, dalam hati aku sedikit tertawa, dia bilang hangat padahal tubuhnya tidak berhenti bergetar mengingil kedinginan.

Setelah lama bersenang-senang, kami pulang. Sylvia agak trauma tadi, setelah kakinya terperosok. Kakinya juga tidak berhenti bergetar. Jalan pulang yang kukira akan menjadi mudah malah menjadi sulit. Jalannya menjadi naik. Ah, rasanya capek sekali.

Itu mungkin yang bisa aku ceritakan kali ini.

Bye...
Please Welcome, Raysha Gillbert!
Posted on Sabtu, 05 Mei 2012 @ 20.59 with 0 comments


…………………………………………………………………………………………………………
POSTING kali ini, yeah, mungkin aku agak memakai bahasa yang tidak formal seperti biasa. Kehidupan dan bahasa disini sudah merasuk dalam pikiranku. Dan tanpa sadar aku menerapkannya pada kehidupanku sehari-hari. Kali ini, minggu ini, aku terbilang cukup “sibuk” , bahkan aku tidak sempat membuat kisahku sendiri. Aku hanya menuliskan kisahku yang aku pikei menarik dari diriku sendiri. Kali ini, aku menulis beberapa hal tentang diriku. Jujur saja, seminggu ini aku belum membuka buku diary Evan. Meskipun aku ingin. Aku ingin membacanya hingga selesai dan cepat mengembalikannya. Karena aku tahu rasannya pasti aneh dan menyakitkan bila diary kita hilang.
…………………………………………………………………………………………………………


Jumat, 27 April 2012
Hari ini aku berangkat sekolah dan mengkuti pelajaran dengan biasa. Seperti runtititas sehari-hari. Aku tidak dapat menunjukkan wajah sedihku. Kini saatnya pelajaran TIK, aku sungguh senang saat pelajaran ini, sebab gurunya tidak begitu mengawasi muridnya. Namun hari ini rasanya aku benci sekali dengan pelajaran TIK. “ Anak-anak, pelajaran kali ini, sedikit mengulang pelajaran ketika kalian masih SMP dahulu. Kalian harus membuat film pendek berdurasi minimal 15 menit. Terserah kalian mau mengeditnya memakai aplikasi apa. Bapak, juga tidak membatasi temanya. Jadi kalian bebas berekspresi. Supaya adil, kita tentukan kelompoknya lewat lotere. Silahkan ambil satu-satu urut dengan nomor absen kalian! Lalu tuliskan nama kalian di papan tulis tepat di kolom  nomor kelompok yang Bapak buat. Ada 8 kelompok. Satu kelompok beranggotakan 4 sampai 5 orang.“ , kata guru TIK itu.
Aku terus menunggu, sebab aku anak baru dan tentunya mendapat giliran terakhir mengambil lotere. Benar-benar sial. Aku lalu mengambil lotere, aku membukanya. Kelompok nomor 5 ternyata. Aku lalu menuliskan namaku. Aku juga melihat anggota kelompokku.
“ Evelyn, Sylvia dan Alicia?? Yang benar saja! Aku laki-laki sendiri?? “ , kataku bergumam. Aku berbicara dengan sudut pandangku sebagai Keith. Alicia memanggilku, “ Keith, kesini! “ , teriaknya. Aku lalu menghampirinya. Kami lalu rapat. Rasanya agak aneh. “ Bagaimana, kalau kita ajak pacarmu, Ian Wilson, Evelyn? “ , kata Alicia. “ HAA? Yang benar saja. Kalian salah bintang! “ , kata Evelyn mengelak. “ Tidak mau, ya? Tapi, kamu harus mau, Eve! “ , kata Sylvia. Aku juga asal mengangguk setuju. Akhirnya Evelyn terpaksa setuju J

Sabtu, 28 April 2012
Hari ini berjalan seperti biasa. Ah, tapi, aku merasa ada yang aneh dengan tubuhku. Aku merasa aneh dengan mataku. Ah, paling karena kebanyakan bermain laptop. Aku juga masalah begini, bawaannya. Ahh, sudah ya J

Minggu 29 April 2012
Hari ini syuting dimulai. Kami menghadirkan bintang special Ian Wilson. Ian Wilson orangnyanya itu aku lihat sangat mudah bergaul. Namun dia itu paling tidak bisa diajak serius. Aku sampai sebal harus menjelaskan 15 kali naskah scenario. Dia hanya melihatku dengan tertawa apabila aku menjelaskan scenario. Benar-benar anak yang aneh.. Akhirnya gara-gara sikapnya itu, syuting jadi terbengkalai. Dari jam 9 pagi hingga jam 3 sore hanya mendapat seperempat dan itupun tidak sampai. Benar-benar melelahkan. Oh, ya cerita film kami kali ini adalah tentang Love Note. Agak mirip Death Note. Ceritanya Ian Wilson menemukan seorang perempuan dia bernama, Alicia Malovski. Alicia itu pendiam dan selalu mengikuti Ian kemana-mana. Pada suatu hari, Ian memperkenalkan Alicia dengan orang yang sangat disukainya yaitu, Evelyn. Akhirnya, Alicia jadi dekat juga sama Evelyn. Pada suatu hari, Alicia member Ian sebuah buku, buku itu namanya Love Note. Kalau kita menuliskan nama orang yang kita sukai pada buku itu, maka orang itu akan menjadi kekasihmu. Kalau kau menuliskan nama seseorang yang sama gender denganmu, maka dia akan menjadi sahabatmu. Ian menuliskan nama Evelyn , dan akhirnya mereka menjadI sepasang kekasih. Begitu ceritanya, karena syuting belum selesai, kami berencana melanjutkan syuting minggu depan.

Senin, 30 April 2012
Hari ini, aku merasa berbeda. Evelyn kelihatan bad mood sekali. Bahkan bila aku tanya dia menjawab agak ketus. Aku merasa ada kaitannya dengan syuting kemarin, aku ingin membicarakannya pada Sylvia dan Alicia. Namun rasanya itu tidak akan pernah mungkin. Aku lalu melihat Evelyn berbicara dengan Alan. Aku pikir, itu hanya masalah biasa. Karena Alan dan Evelyn juga cukup dekat seperti kakak adik. Aku jadi merasa aneh dan tidak enak selama pelajaran pertama duduk bersama Evelyn.
Saat istirahat, Evelyn juga melesat pergi ke kantin. Tanpa mengajak siapapun. Bukannya aku berharap untuk diajak Evelyn ke kantin. Namun, biasanya dia mengajak satu sampai dua orang untuk menemaninya ke kantin. Ini bukan Evelyn yang biasanya. Semoga sikap Evelyn cepat berakhir. Sebab aku paling merasa tidak enak dan benci bila harus dihadapkan dengan situasi ini.

Selasa, 1 Mei 2012
Hari ini, Evelyn masih seperti kemarin. Entah apa yang menganggu pikirannya hingga dia seperti itu. Bahkan hari ini dia memberikan naskah scenario film yang baru. Perubahannya tidak cukup besar tapi cukup mempengaruhi isi film. Aku tentu saja marah-marah. Hasil kerja kami kemarin, akan jadi sia-sia bila kita menggunakan scenario baru. Alicia lalu berkata “ Sudah, kita mengubah alur akhirnya saja. Tidak usah mengubah alur awal. Yang diubah, kan, cuma beberapa adegan saja. “
Hari ini, aku melihat Evelyn lebih dekat dengan Sylvia.
Malamnya, saat aku dan Sylvia berkirim e-mail. Sylvia bercerita padaku, “ Tadi, Evelyn menceritakan padaku tentang sifat ‘ bad mood ‘ –nya belakangan ini. Evelyn cemburu dengan adegan antara Ian Wilson dan Alicia. Evelyn agak jealous saat melihat semua adegan itu. Karena itu juga, dia juga agak ill feel saat bertemu dengan Ian. Kekuatan cemburu itulah yang mendorong Evelyn membuat naskah scenario baru. Aku mengatakan ini dengan jujur Evelyn… “
Aku terhenyak. Karena masalah sepele itu saja, masalahnya menjadi serumit ini!
Aku benar - benar tidak bisa mempercayai semua ini…

Rabu, 2 Mei 201
Kamis, 3 Mei 2012
Hari ini adalah Cooking Class. Temanya menghias kue tart. Totalnya ada sekitar 5 kelompok di kelasku. Aku satu kelompok dengan Nando, Alan, Jason, dan Keanu. Aku bagian menghias kuenya. Yaah, aku merasa perlu agak menyombongkan diri. Karena diantara semua laki-laki di kelasku hanya aku yang terampil membuat dan menghias kue bahkan melebihi anak perempuan. Tentu saja, aku bisa melakukan itu. Aku selalu mengkuti demo masak di Prancis dan bahkan aku pernah mengikuti training memasak dan juga menghias kue selama satu bulan. Bukannya aku sombong, namun ini kenyataan. Apalagi, aku juga selalu membuat desain. Selain menghias kue, guru Cooking Class, kali ini menugasiku untuk memotret seluruh hasil karya kelasku. Aku melihat semuanya bagus-bagus. Aku agak kesal dengan William. Gaya desain membuat kuenya hampir sama denganku. Tentu saja itu bisa terjadi, karena seringkali dia mengikuti demo masak dan Cooking Class bersamaku. Yah, meskipun tidak sesering aku. Apalagi, kami juga sering memasak bersama bila ada acara sekolah.
“ Ray, kuemu dan kue milik William bersaing, ya. Desain yang paling bagus adalah milik kelompokmu dan kelompok William. Sedangkan kue kelompokku gagal total! “ , kata Sylvia.
“ Salah sendiri, tidak pernah mau bila aku ajak mengikuti Cooking Class! “, kataku sewot.
Alicia lalu tertawa.  William lalu menghampiriku, “ Dia gebetanmu, ya? Oh, ya, desainmu bagus juga. “ , kata William memujiku. Aku mengangguk. Aku merasa pipiku merona merah. Ah, semoga ini tidak kelihatan. Cooking Class kali ini, berakhir dengan seru karena diakhiri dengan acara bermain krim roti. Entah itu mengoleskannya di tubuh dan wajah teman maupun mengoleskan krim untuk dibentuk bentuk-bentuk lucu di kulit maupun tangan.
Seru, sih, seru… Tapi, bisa dipastikan aku akan mencuci semua bajuku hari ini yang terkena banyak krim.

Jumat, 4 Mei 2012
Sepertinya, aku tertular Korean Virus Syndrome yang dibawa Sylvia. Aku jadi agak menyukai Korea. Lambat laun, music klasikku mulai kutinggalkan. May God!
Aku menyukai 2ne1, Big Bang, dan EXO M. Agak menyesal juga. Kata Sylvia, EXO menjadi boyband pembuka SuperShow 4 di Jakarta kemarin. Andaikan waktu itu, aku, Sylvia, dan Alicia tidak kehabisan tiket, tentu kami bisa melihat penampilan Super Junior dan EXO. L
Aku sangat menyukai Kris, anggota dari EXO M. Wajahnya babyface dan lucu. Oh, ya, aku pikir-pikir seminggu ini aku belum melihat buku diary Evan Barbara. Ingin juga, tapi, bila aku ingin membukanya pasti selalu tidak sempat membaca hingga selesai. Baiklah aku putuskan minggu ini aku harus membacanya hingga tuntas!

Sabtu, 5 Mei 2012
Hari ini, Sani berulangtahun. Aku agak sebal dengan Sani hari ini. Meskipun aku sebal tapi, aku tidak bisa mengungkapkannya pada Sani. Ceritanya berawal pada saat pelajaran IPS.
Sani dan teman-temannya, memproklamirkan kalau hari ini Sani berulang tahun. Sani juga membagi-bagikan brownies gratis sebagai ucapan syukurnya pada Tuhan. Aku senang-senang saja karena memang hari ini aku tidak membawa uang saku.Setelah acara makan brownles,Bu Is, guru IPS kami, meyuruh William menyanyikan satu lagu untuk Sani. William lalu menyanyikan lagu untuk Sani. Jujur pada saat itu, aku merasa sangat sangat cemburu. Entah kenapa, perasaan sukaku yang terpendam tumbuh lagi. Lalu setelah menyanyikan lagu, William mendatangi Sani dan menjabat tangannya dengan erat. Hingga membuat pipi Sani merona merah karena senang. Tentu saja, karena Sani menaruh hati pada William. Aku yang melihat kejadian itu, merasa marah. Kemarahanku serasa meletup dan akan pecah.
“ Kamu tidak apa-apa? Kamu? “ , kata Evelyn membuyarkan lamunanku. “ Aku akan membalaskan dendamku! “ , kataku bergumam lirih, tapi Evelyn mendengarnya. “ APA? Kamu menyukai Sani! Okelah fighting, Keith! “ , kata Evelyn. Aku yang mendengarnaya terkejut.
Nah?? Lho?? Mengapa jadi begini? Hahahahaha J
Big Secret
Posted on Kamis, 26 April 2012 @ 18.51 with 0 comments


Minggu, 22 April 2012
“ Raysha! “ , terdengar teriakan Ibu memanggilku dari bawah. Aku lalu segera terbangun dan mengucek mataku. Aku lalu berjalan gontai keluar dari kamar. “ Ada apa? “ , kataku sambil menguap. “ Hari ini Ibu, Ayah, Nenek, dan Kak Venessa akan pergi ke Paris. Pesawatnya berangkat pukul 10 pagi nanti. “, kata Ibu. Aku lalu melihat ke  arah jam, masih jam setengah enam pagi…
“ Kenapa sangat mendadak? Kenapa aku juga tidak diajak? “ , tanyaku. “ Sebenarnya tidak mendadak. Kami memang sengaja tidak mengajakmu karena kamu sekolah. Ibu sangat tahu sifatmu, bila Ibu memberitahukanmu jauh-jauh hari, kau pasti akan merajuk ikut. Kami akan berada di Paris selama satuu minggu. Yeah, kami juga ingin mengajak Nenek menghirup udara musim semi. “ , kata Ibu.
“ Iya, iya, baiklah. Kalian jahat pergi tanpa mengajakku! Aku, kan juga ingin! ” , kataku merajuk.
Ibu tidak begitu menghiraukanku dan pergi mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan.
Aku hanya mendesah dan kembali ke kamar untuk, yeah, mandi setidaknya.
Setalah setengah jam mandi rasanya badan ini sudah segar, aku lalu turun ke meja makan. Disana nenek, ayah, ibu, kakak sudah menungguku untuk makan. Kami lalu makan bersama-sama, “ Ray, kami akan pergi ke Paris. Kau meminta oleh-oleh apa? “ , tanya kakakku sedikit mengejek. “ Uhhh, jangan begitu! Belika aku blazer hangat berwarna merah hati! “ , kataku. “ Hahahahaha… Kau tinggal di Indonesia Raysha. Itu tidak akan berguna bila kau gunakan disini. Apalagi disana musim semi bukan musim dingin! “ , kata kakakku. “ Terserah aku! Kau, kan, yang tanya aku meminta apa. Aku jawab, kau malah mengejekku. Dasar aneh! “ , jawabku sengit.  “ Sudah! Tidak baik berbicara apalagi bertengkar saat makan! “ , kata nenekku melerai. Akhirnya kami melanjutkan makan pagi kami.
Setelah makan pagi, aku menghampiri Ibu, “ Ibu, bolehkah aku menginap di rumah Sylvia dan Alicia? Aku tidak mungkin, kan, berada di rumah ini sendirian? Untuk hari ini dan besok saja… “ , kataku memelas. “ Iya, iya. Boleh. Jangan sampai merepotkan Tante Melly! Kamu juga harus melihat rumah sesekali. “ , kata ibuku. Yess, aku berteriak dalam hati. “ Aku akan bersiap-siap setelah ini! “ , kataku. Aku lalu pergi ke kamarku dan mempersiapkan barang-barangku termasuk diary Evan Barbara yang belum sempat kubaca.
Jam 9 tepat, kami sekeluarga berangkat ke bandara.  Yeah, aku harus mengantar ayah, ibu, nenek, kakak ke bandara dahulu baru ke rumah Sylvia-Alicia. Kami sampai di bandara pukul setengah sepuluh, sungguh waktu yang sangat terlambat! Setelah menunggu setengah jam untuk take off. Akhirnya pesawatnya berangkat juga. Aku lalu keluar ke bandara menuju mobil untuk ke rumah Sylvia-Alicia.
Sampai di rumah mereka, aku disambut hangat oleh Tante Melly dengan pelukan dan ciuman hangat yang mendarat di pipiku! Tante Karen lalu mengantarkanku ke kamar Sylvia dan Alicia, Aku lalu menyapa mereka, “ Hey! Maaf, ya, aku mengganggu kalian dengan menumpang kamar kalian! Eh, aku punya sesuatu yang menarik! “ , kataku sambil mengambil buku diary Evan dari tasku dan mengacungkannya di udara. “ Apa itu? “ , kata Sylvia. Aku lalu menceritakan semuanya. “ Hah? Benarkah? Ayo kita baca bersama! Aku penasaran! “, kata Alicia.
Kami lalu membaca bersama, membuka halama bersama, yang persis sekali seperti scrapbook.
Halaman pertamanya, berisi potongan diarynya yang berasal dari diary yang terdahulu.
1 Januari 2003
Hari ini adalah hari pertama aku berada di Prancis. Sebelumnya aku tinggal di New York. Aku melihat seorang gadis kecil yang menangis. Aku lalu mendekatinya. “ Kenapa engkau menangis? “ , tanyaku.                  “ Karena kakekku sakit dan aku tidak bisa menjenguknya. “ , jawabnya menangis. Aku lalu menghiburnya, setelah berapa lama dia akhirnya tenang. “ Namamu siapa? Namaku Raysha. “ , katanya. “ Namaku… Namaku… Sebaiknya kau tidak usah berkenalan denganku! “, kataku berlari menjauhi dirinya.Gadis kecil itu menatapku dengan tatatpan bingung dan dia meneteskan air mata lagi. Ahh, aku melewatkan teman yang baik.
Halaman berikutnya,
8 Juli 2006
Hari ini aku masuk di tempat kursus piano yang direkomendasikan kakakku, William  Setelah tiga tahun, tidak bertemu dengannnya, kini aku bertemu dengannya untuk pertama kali! Entahlah, aku tidak yakinn dia mengingatku. Dan, ternyata benar dia tidak mengingatku…
Kami mulai semua dari awal, kami berkenalan dan akhirnya berteman. Untuk sesaat ini, aku ingin dia tetap ada di sampingku sebagai temanku. Dia temanku, temanku yang pertama. Sejak kecil, aku tidak memiliki teman karena selalu di- bullying. Kata mereka aku aneh, apalagi aku juga mengidap penyakit. Mereka semakin menganggapku aneh. Namun tidak dengan Raysha. Dia baik sangat baik.
Aku menyesal mengapa dahulu tidak berkenalan dengan dirinya. Namun penyesalanku sudah berakhir karena aku sudah menjadi temannya. Dan aku berjanji akan selalu menjadi temannya.
Halaman berikutnya yang meloncat jauh,
12 Februari 2010
Hari ini aku berulang tahun ke 14! Namun ada yang membuatku sedih, ayah sakit. Penyakit jantungnya semakin parah sehingga beliau harus turun dari jabatannya. Aku akan menggantikan posisi ayah, namun karena aku masih kecil, aku dibantu oleh pamanku, Paman Rei.
Paman Rei bercerita padaku, “ Keuangan perusahaan kita sedang tidak baik. Kita mungkin tidak bisa mengatasinya. Perusahaan keluarga Gillbert terus mengancam keberadaan kita. Namun kita harus berusaha! “ , aku terhenyak, “ Terancam, paman? “
Pamanku menghela nafas, “ Cerita ini dimulai saat kamu masih kecil. Keluarga Barbara dan keluarga Gillbert besahabat.Bahkan, akan mengadakan perjoodohan untuk mempererat persahabatan. Namun, karena mempelai pria yang berasal dari keluarga Barbara membatalkan perjodohan secara sepihak. Akhirnya terjadi kekecauan, pemimpin perusahaan Gillbert saat itu langsung sakit terkena serangan jantung. Istrinya mengalami shock berat. Sejak saat itu, persahabatan terputus dan menjadi permusuhan. Keluarga Gillbert yang lebih kaya daripada kita. Selalu mengancam keberadaan perusahaan kita dengan gencar membeli saham. “
Ahh, aku tidak percaya ini! Aku dan Raysha tidak ditakdirkan untuk bersahabat! Aku benar-benar tidak bisa memahami semua ini!
Tiba-tiba terdengar telepon berbunyi, Paman Rei mengangkatnya. Paman Rei lalu berkata, “ GAWAT! Kakakmu kecelakaan. “ , kata kakakku. Kami lalu bergegas ke rumah sakit. Sesampai disana, Kak William sudah meninggal. Kakak meninggal karena tabrak lari.
Paman Rei lalu berkata, “ Ini pasti karena keluarha Gilbert! “
Aku menutup telingaku, oh, paman, jangan katakan itu lagi…
Paman lalu berkata kepada suruhannya, “ Jangan biarkan keluarga Gillbert tahu tentang ini. Kalau mereka penasaran katakan saja kalau ini kematian kerabat jauh keluarga Barbara. “
Pemakaman dilaksanakan hari ini. aku hanya bisa mennagis dan menangis. Aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpa kakak…
23 Desember 2011
Sampai detik ini, aku masih bersahabat dengan Raysha. Terkadang aku merasa benci dengan Raysha. Namun aku masih mempercayainya. Kedaan perusahaan semakin memburuk. Bahkan harga saham jatuh. Aku ingin mempercayai Raysha.
Sepulang sekolah aku menemui Raysha, “ Ray, kita makan malam saat malam Natal. Maukah kau? Jangan buat aku menunggu lebih lama karena ini. “ , kataku,. Raysha menyetujuinya.
25 Desemeber 2011
Akhirnya hari ini datang juga. Aku mempersiapkan semuanya. Aku menunggu Raysha. Menunggu dan menunggu. Namun dia tidak datang juga. Aku lalu melihat sosok Raysha datang. Raysha datang bersama seorang laki-laki. Mereka akrab sekali, seperti sepasang kekasih. Aku seperti sendiri, sendiri…
Untuk saat itu, aku benar-benar patah hati. Inikah balasan Raysha? Inikah perasaan Raysha yang sebenarnya? Apakah Raysha sedang membalaskan dendam keluarga Gillbert dengan cara menyakiti hatiku??  Hatiku terasa sakit, panas, kecewa…
Seharusnya dari awal aku tidak mempercayainya. Seharusnya… Seharusnya… Seharusnya…
Namun hati kecilku selalu menyuruhku untuk mempercayainya. Aku harus bagaima???

28 Desember 2011
Tahun baru sudah sangat dekat. Namun hatiku masih saja sakit. Masih saja…
Karena semua itu, aku harus terbaring di rumah sakit. Hatiku masih mengharapkannya kembali.
Aku benar – benar hancur saat itu. Apalagi Raysha berkata dengan mengirimiku pesan singkat,                         “ Nenekku sakit. Mungkin saja, mulai tahun depan aku sudah sibuk mempersiapkan kepindahanku ke Indonesia. Jadi, kita tidak memiliki banyak waktu untuk bertemu. “
Aku menjawab, “ Iya.. tidak apa-apa. Lagipula tidak ada bedanya kita bertemu atau tidak akrena aku terbaring di rumah sakit sekarang.
Lalu, tiba-iba paman Rei masuk. “ REI! Paman memiliki berita baik. “ , kata pamanku. “ Ekspansi perusahaan kita di Indonesia berhasil. Aku harap dengan adanya perusahaan itu bisa memeperbaiki ekonomi perusahaan. Evan kau harus ke Indonesia besok. Kau akan memimpin perusahaan itu. “ , kata paman. “ Tapi, aku masih sakit, paman? “ , kataku mendengus kesal. “ Kau akan rawat jalan! Sudahlah, semua sudah siap. “

1 Januari 2012
Hari ini, aku sudah berada di Indonesia. Sebenarnya aku sudah sampai tanggal 29 Desember kemarin, namun aku masih mengalami rawat jalan di SIngapura sampai tanggal 1 Januari, jadinya ini adalah hari pertama aku menginjakkan kaki disini.
Paman sudah mempersiapkan segalanya, bahkan besok aku sudah bisa masuk sekolah. Paman berkata, “ Kau akan memakai nama kakakmu, menjadi William Barbara. Untuk menghondari kecurigaan. “
Bagiku ini sama saja, aku ingin melanjutkan hidup kakakku. Dan entah mengaapa, sejak kejadian it, rasa benciku mulai tumbuh dalam hati dengan subur. Entah karena pamanku atau karena diriku sendiri. Aku benar-benar tidak memahaminya.
Meskipun aku berusaha untuk tidak membenci, namun itu sulit sekali. Karena rasa itu akan terus tumbuh. Aku harus menerimanya dan menerimanya.
Karena ini merupakan jalan yang sudah dipilihkan Tuhan untukku…
Aku lalu menutup buku harian itu, “ Aku tidak kuat membacanya! “ , seru Alicia. Aku mengangguk juga. Kini aku mengetahui semuanya. Entahlah, buku ini masih belum selesai kubaca…

Senin, 23 April 2012
Hari ini, aku masuk sekolah dan aku berangkat bersama Alicia-Sylvia. Sepertii dugaanku banyak orang yang memandang  kami dengan, ahhh, tatapan aneh tentunya.
Aku lalu berjalan ke kelas. Tepat saat aku duduk di kursi, bel masuk berbunyi. Menyebalkan padahal aku ingin keluar berjalan ke taman dahulu. Tidak biasanya aku terlambat seperti ini.
Aku mengikuti pelajaran. Pelajaran kali ini adalah matematika. Bukannya aku tidak suka pelajaran ini. aku sangat sangat sangat suka pelajaran ini. Namun gurunya, killer banget. Itu yang bikin aku jadi benci matematika. Kalian bisa bayangkan saja, beliau menjelaskan tanpa ada ekspresi dan kurang aktif banget di kelas. Aku paling tidak suka kalau seperti itu.
Bel istirahat berbunyi, aku lalu segera melesat pergi menuju ke taman. Aku lalu menaiki rumah pohon yang ada di taman itu. Aku menaikinya hati-hati. Aku ingin membaca buku diary Evan Barbara itu lagi…
2 Januari 2012
Rencana Paman memang benar-benar sempurna. Selain sudah mencarikan aku  sekolah, identitas baru, bahkan keluarga baru. Aku tinggal bersama keluarga Sandler.Paman berkata, mencarikan aku keluarga baru ini untuk menghindari kecurigaan keluarga Gillbert. Keluarga Sandler adalah saudara jauh keluarga kami. Keluarga ini benar-benar keluarga yang bahagia aku rasa. Mereka memiliki satu anak kandung dan satu anak angkat. Anak mereka adalah Earl dan Marcia. Aku cepat sekali berteman dengan Earl. Karena kami memiliki banyak sekali kecocokan.
Aku telah menceritakan semuanya pada Earl. Masa laluku. Earl berkata, “ Sayang, ya… Di rumah kita memang bersaudara aku rasa. Tapi, di sekolah kita hanya teman. Jangan pernah anggap aku saudara saat di sekolah. Itu untuk menghindarkan kecurigaan kalau kita tinggal bersama dan memiliki hubungan kekerabatan. “ Aku hanya mengangguk menanggapi itu semua.
Dalam mengurus perusahaan ini aku dibantu oleh ayah Earl dan Pamanku yang selalu mengontrolku dari jauh. Kehidupanku rasanya terkekang, rasanya semuanya sudaht erjadwalkan.
Entah kapan ini bisa berakhir…
Sampai saat ini, aku tidak pernah tahu menahu tentang sejarah keluargaku dan perusahaan. Perusahaan dipegang oleh nenek, ibuku, dan tanteku. Aku tidak pernah tahu, ternyata seperti ini. Sebelum peperangan yang sebenarnya dimulai hatiku sudah merasa sangat sakit.

Selasa, 24 April 2012
Hari ini benar-benar hari yang cukup melelahkan. Aku lalu ke rumah Sylvia dan Alicia lagi. Sampai disana, Alicia menyapa, “ HEY, kiddo! “  aku menjawab, “ Jangan pernah panggil aku kiddo, karena aku bukan lagi seorang kid!, kataku. “ Mana Sylvia? “ , tanyaku.
“ Itu sedang menonton Skip Beat! “ , kata Alicia menunjuk. Yeah, Sylvia adalah seorang penggemar drama. Entah itu drama Jepang, Korea, maupun Taiwan dia lahap habis. Aku sama sekali tidak tahu tentang semua itu. Bila di sekolah, perempuan di sekolahku selalu membicarakannya, entah itu drama maupun artis. Contohnya begini, “ Hey, lihat beritanya Super Junior disini! Ayo cepat! “ Aku hanya bergumam, siapa itu Super Junior. Jujur saja, Super Junior memang sudah terkenal di Paris. Bahkan, aku pernah mendengar dia pernah konser di Paris  bersama seluruh rekan perusahaannya. Tapi, hingga dia terkenal aku masih belum mengetahuinya. Aku hanya tahu sedikit saja. Meskipun aku tidak tahu, yeah, setidaknya aku ingin mengetahuinya lebih banyak juga. Hahahahaha
“ Hey, Ray, aku ajak ketemuan sama teman aku, yuk! Kita tinggalin Sylvia yang tidak mungkin bisa diganggu itu!“ , kata Alicia. “ Siapa? “ , tanyaku. “ Teman les pianoku, namanya Marcia Sandler.  “ , kata Alicia yakin. Aku terhenyak dan mengangguk.
Kami lalu berangkat menuju sebuah restoran. Alicia lalu menyapa Marcia. Alicia lalu memperkenalkan aku dengan Marcia. “ Namaku Raysha Gillbert. “ , kataku. Sebenarnya aku agak berat menyebutkan margaku. Karena secara tidak langsung dan mungkin saja keluarga Sandler juga benci padaku,
Kami lalu berbincang. Marcia memang baik dan aku sangat senang berada di dekatnya. Setelah berbincang kami pulang. Alicia berjalan lebih dulu dan keluar lebih dahulu. Tiba-tiba Marcia menarik tanganku. “ Hey, kau benar dari keluarga Gillbert? “, kata  Marcia. Aku mengangguk.
“ Kalau begitu kau harus hati-hati. Aku bukannya mengkhianati keluargaku atau bukan. Aku bahkan tidak memihak siapapun. Kenalkan aku adalah adik Earl Sandler sahabat William Barbara. Aku hanya memperingatkan padamu, namun aku tidak yakin ini benar atau tidak. Kakakku dan William memiliki rencana buruk pada keluargamu. Sepertinya mereka akan menghancurkan harga saham. Mereka memanfaatkan kekosongan dalam perusahaan. Maksudku, bukannya keluargamu berlibur, kan? Kau harus menyelidiki dan menghentikan ini semua. Atau semuanya hilang tanpa berbekas, Ray. “ , kata Marcia. “ Aku tidak mengerti maksudmu. Maksudmu mereka menyogok seorang pegawai untuk melakukan, yeah pemalsuan dokumen mungkin. “ , kataku hanya mengira-ngira dan sedikit berfantasi.
“ Benar seperti dugaanmu! Kau harus hati-hati. Dan aku tidak main-main dengan ucapanku. Aku membaantumu karena kau teman bahkan kau sudah dianggap saudara oleh Alicia. Aku hanya membalas budi baik Alicia lewatmu. 
Aku terhenyak. Entahlah aku jadi sedikit bingung dan tidak percaya. Mengapa cerita hidupku menjadi seperti drama televisi dan film-film yang sedikit dramatis itu??

Rabu, 25 April 2012
Esoknya setelah pulang sekolah, aku mencoba untuk mampir ke perusahaan. Aku merasa beda dan asing ketika menapaki gedung yang megah ini. Para pegawai yang kebetulan kenal denganku. Aku menjawabnya dengan tersenyum. Aku lalu memasuki ruanganku. Sebenarnya, ruangan ini dipersiapkan saat aku kuliah nanti. Nenek ingin aku bergabung di perusahaan setelah aku lulus SMA.
Aku menduduki kursi putarku. Aku suka sekali berputar-putar disini. Aku tidak mengetahui namanya, aku hanya sering menyebutnya kursi putar. Aku lalu menatap langit-langit. Aku harus memulai semua ini darimana? Darimana? Aku bahkan tidak pernah tahu tentang perusahaan ini. aku tidak mengetahui system manajemen perusahaan.
Tidak tahu, tidak tahu, dan tidak tahu…
Aku lalu mencoba pergi ke ruang berkas data. Tidak mudah memasuki tempat ini. Aku harus mencari alasan. “ Eum, eum, aku ingin mencari laporan keuangan bulan Januari-Maret, Pak. Sebab nenek menyuruhku untuk meng-fax-nya. Oh, iya, Pak, siapa yang sering masuk ke ruangan ini? “ , tanyaku.
“ Kau ini aneh, Nak. Yang biasanya memasuki ruangan ini tentunya bagian perencanaan keuangan dan pengelolaan keuangan. Tapi, bapak merasa ada yang aneh, Nak. “ , kata bapak itu.
“ Manajer Karen selalu memasuki ruangan ini. Tapi, bapak tidak terlalu menaruh curiga. “ , lanjut bapak itu. Aku lalu mengangguk dan segera meminta izin memasuki ruangan itu. Mataku menangkap sesuatu, sebuah strap handphone. Aku mengambilnya.
Aku lalu mencari laporan keuangan. Yeah, meskipun hanya berpura-pura aku tidak mungkin perggi dengan tangan kosong, kan? Nanti aku bisa dicurigai…
Setelah mencari, aku lalu keluar. Aku lalu kembali ke ruanganku. Aku tergoda membaca buku diary Evan Barbara. Aku sengaja membuka-bukanya. Aku tertarik pada suatu halaman yang terdapat foto Earl, William, Marcia, dan seorang gadis muda.
14 February 2012
Hey! Hari ini keluarga Sandler mengajakku liburan ke Malaysia. Foto perempuan antara aku, Earl, dan Marcia, adalah foto Tante Karen. Tante Karen adalah tante-nya Marcia dan Earl. Dia baik sekali…
Aku sangat suka berada di dekatnya. Dia adalah salah satu manajer di perusahaan keluarga Gillbert. Setelah dia mendengarkan kisahku, dia bahkan bersedia membantuku, membantuku untuk membalaskan dendamku. Aku tidak tahu apakah aku pantas menyebut ini dendam. Sampai saat ini, meskipun seluruh keluarga Barbara bertumpu padaku untuk membalaskan dendam, namun aku masih dilemma. Aku masih belum yakin ini dendam atau bukan.
Tante Karen berkata, “ Biarlah Tante dipecat bila ini semua terungkap. Tante akan ikut mendukung dan berjuang bersamamu. Oh, iya, Tante juga salah satu orang kepercayaan Laura Gillbert, menantu keluarga Gillbert. “
Aku hanya mengangguk dan mengangguk. Biarlah ini terus berjalan…
Aku terkejut, Laura Gillbert ? Laura Gillbert adalah tanteku. Aku lalu membuka halaman itu lagi. Aku menemukan sebuah foto. Foto Manajer Karen yang sedang memegang ponselnya memberitahukan sesuatu pada Marcia. Aku memperhatikan foto itu lekat-lekat. Itu strap handphone yang sama dengan yang kubawa! Oh, ternyata benar apa yang dikatakan bapak penjaga itu.
Kecurigaanku semakin kuat dan meyakinkan…
Aku harus menghentikan ini semua!

Kamis, 26 April 2012
Aku berangkat sekolah dengan hati gontai. Aku, keluargaku, mungkin saja. Aku selalu menganggp kami adalah keluarga yang baik dan tidak memiliki musuh. Namun ternyata ada yang begitu membenci kami. Masalah yangs eharusnya selesai sejak dulu, mengapa harus diturunkan kepadaku. Aku yakin ini adalah pikiran yang berkecamuk di pikiran Evan saat dia masih kecil. Saat dia masih belum bisa menerimanya, namun pikirannya dipaksa menerima itu. Anak kecil yang kesepian dan sedih…
Aku tidak habis piker, hanya masalah pembatalan perjodohan hingga sampai seperti ini efeknya. Aku merasa ini terlalu dilebih-lebihkan! Ini hanya masalah biasa! Kenapa mereka dulu harus seperti anak kecil. Mengapa tidak ada yang mau mengalah, kenapa harus begini. Pikiranku masih belum menerima, hanya masalah sesederhana ini, manjadi rumit bahkan hingga pada klimaks-nya, membalas dendam.
Bahkan kini dendam itu telah memasuki hati Evan. Tuhan, semoga dendam di hati Evan bisa cepat reda dan tidak ada permusuhan lagi. Namun aku tidak yakin itu, keluargaku sudah menyiksa keluarga Barbara dengan menghancurkan mereka…
Dan ini saatnya mereka menghancurkan kami. Tidak ada salahnya ini memang haknya. Tapi, aku masih belum bisa menerimanya…
Aku bertekat, kini setelah aku menyelamatkan perusahaan, aku juga akan mendamaikan keluarga Barbara dan Gillbert. Aku tidak akan berhenti…
Tuhan, bantu aku menghadapi ini semuanya. Berikan aku kekuatan untuk menjalankan ini semua. Berikan aku ketabahan dan kelapangan dada untuk menerima semuanya. Berikan aku cinta dan rasa kasih sayang untuk mencegah ini semua. Untuk mendamaikan semua. Menolong hati yang tersakiti, hati yang tidak bersalah, dan hati yang tidak mengetahui apapun, semua yang terlibat, agar mereka kembali. Kembali damai seperti sedia kala…
 Aku selalu berpikir, ini nyata atau tidak. Lama-lama ini semakin mirip cerita yang sering aku baca. Lama-lama aku seperti Alice yang tersesat di liang kelinci. Ahhh, entahlah, tapi, ini nyata…  
If I Still Have Enough Time...
Posted on Minggu, 22 April 2012 @ 04.58 with 0 comments


Rabu, 18 April 2012
Ketika aku bangun pagi, membuka mataku yang lengket ini. Ketika aku keluar dari kamar, aku menyadari, betapa sibuknya rumah ini. Pelayan-pelayan berkeliling menaruh vas bunga di ruang tamu, keluarga, hingga taman belakang. Aku lalu turun ke bawah, “ Ibu, mana sarapannya? “ , tanyaku dengan sedikit mengantuk. “ Tidak ada sarapan, sebelum kita membersihkan rumah ini. Cepat kamu bantu mereka! “ , kata ibuku.
Aaaah, benar-benar menyebalkan. Akhirnya aku ikut memindahkan vas, membersihkan ruangan, memasang hiasan dan dekorasi.
Ketika waktu menunjukkan jam 10 pagi, semua ini baru saja selesai. Aku berencana mandi dahulu. Tidak kupedulikan rasa laparku. Setelah mandi aku makan. Rasanya benar-benar melegakan.
Setelah makan, aku bersantai dahulu hingga jam 3. Aku memainkan PSPku, meng-update status, doodling, browsing, dan banyak kegiatan lain yang tidak jelas untuk apa. Hahahaha. Jam setengah empat, kami sekeluarga pergi ke salon. Kami berencana fitting  baju juga disini. Di salon memang benar-benar membosankan. Apalagi seluruh keluarga besarku di Jakarta ikut di salon ini, berdandan untuk penampilan nanti malam.
Acaranya dimulai jam setengah delapan malam. Jujur saja, aku agak bingung akhu harus berdandan seperti apa nanti malam. Potongan rambutku pendek, yeah, rambutku hampir sama dengan artis Jepang, Maki Horikita. Yeah, namun aku tidak mengindahkannya. Biar saja hairstylish  salon ini yang mengurusnya. Hahahaha
Kini giliranku, “ Rambutmu pendek, ya. “ , kata hairstylish itu. Aku hanya mengangguk. Hairstylish itu lalu mengutak-atik rambutku. Berbagai alatnya dikeluarkan. Aku heran, rambutku hanya sependek ini butuh alat sebanyak itu. Bagaimana yang rambutnya panjang? Namun setelah aku melihat hasilnya. Ternyata rambutku hanya dikucir setengah ke belakang. Ada jepit bintang berjajar 5 berwarna putih mengkilat di sisi kiri kepalaku. Hanya itu saja. Namun rambutku agar terlihat berkilauan dan lebih lemas daripada biasanya. Yeah, cukup bagus juga, meskipun aku bisa melakukannya sendiri di rumah tanpa di salon.
It’s party time! Pesta dimulai. Tamu-tamu berdatangan. Aku dan Nathanael berdiri berdampingan menyambut tamu yang datang. Saat keluarga Barbara datang dan bersalaman dengan kami. William berhenti dan berkata, “ Nathan ini tunanganmu? Cantik juga! Tapi, sepertinya aku pernah melihatnya. “ , kata William heran melihatku, Aku lalu mengulurkan tanganku, “ Namaku Raysha Gillbert. Salam kenal. “ , kataku. “ Gillbert? Berarti kau satu sadaura dengan Keith Gillbert? “ , tanya William menyelidik. “ Keith Gillbert? Ooh, dia adalah sepupuku. Namun sepertinya dia tidak hadir di acara ini. Memang sejak liburan kemarin dimulai, dia pulang ke Paris dan akan kembali besok. “ , kataku. “ Ouh, pantas. Kau dan Keith ternyata bersaudara, wajah kalian hampir sama. “ , kata William tertawa.
Setelah menyambut para tamu. Kini diadakan jamuan makan sekaligus pengumuman bahwa aku dan Nathan bertunangan, Namun asal kalian tahu saja, aku dan Nathan sepakat untuk tidak bertunangan. Jadi percuma, meskipun ini dianggap sah dimata orang-orang, tapi, bila kedua orang tidak menyetujui pertunangan, tidak ada gunanya, kan..
Saat jamuan, aku sengaja pergi ke belakang. Aku tidak sengaja bertemu William dan Earl. Aku mendengar pembicaraan mereka. “ Tunangan Nathan adalah sepupu Keith. “ , kata William. “ Keith? Yang benar? “ , tanya Earl terkejut. William mengangguk, “ Ini semakin seru saja. “ , kata Willam. Earl berkata, “ Kau ingin menyakiti Raysha? Hey, William, ingatlah, Raysha adalah cinta pertamamu. Kau adalah Evan Barbara dank au tidak mungkin menyakitinya. “ , kata Earl. “ Tentu saja tidak dan tentu saja iya. Earl, aku ini bukan Evan yang lemah lagi. Aku adalah William Barbara. Evan sudah mati dalam hatiku. Bahkan, aku menjadi begini, menjadi jahat dan kuat ini karena  Raysha! Raysha yang telah membuatku hancur dan menjadi orang yang baru ini! Raysha benar-benar orang yang kejam “ , kata William.
Aku terkejut mendengar itu. Aku menutup mulutku dan berencana lari. Ouups, saat aku membalikkan badanku aku tidak sengaja menyenggol pot. Aku harus bagaimana? Earl dan William menyadarinya dan perlahan namun pasti mereka menuju tempat persembunyianku. Aku lalu melihat kandang, Shadow kucing Persia kakakku. Aku lalu melepaskan Shadow dan menepuk punggung Shadow untuk lari keluar. Yeah, tujuanku agar mereka mengira kalau pot jatuh itu disenggol oleh Shadow. Dan, setelah menunggu ternyata rencanaku berhasil. Untung saja…
William dan Earl lalu pergi meninggalkan tempat itu kembali bergabung dalam pesta.
Kamis, 19 April 2012
Aku masih memikirkan perkataan William dan Earl. Jadi, benar dugaanku, William adalah Evan. Namun mengapa dia melkukan ini padaku? Apa salahku??
Aku lalu membuka lokerku. Aku mencari buku diary dan buku memoku selama aku tinggal di Paris. Aku membaca semuanya. Aku menemukannya, mungkin inikah kesalahanku?? Aku membaca tulisanku di buku memo dan diaryku.
Aku membaca buku memoku terlebih dahulu. Di halaman terakhir itu tertuliskan,
25 Desember 2011
Evan mengajakmu makan malam! Jangan lewatkan kesempatan ini Ray! Dia berkata, “Jangan buat aku menunggu lebih lama karena ini” J
Lalu aku mencocokkan dengan isi diaryku
25 Desember 2011
Hari ini, setelah pulang sekolah David Lee, kakak kelasku mengajakku makan malam. Ouh, perempuan mana yang tidak bisa mengajak ajakannya! Aku lalu menyetujuinya. Kami makan di restoran China. Setelah makan malam di restoran China, kami berjalan pulang. Yeah, tanpa sadar tangan David menggengam tanganku. Saat berjalan pulang, kami bertemu Evan. Aku menyapanya. Namun Evan terlihat bebeda, wajahnya terlihat sedih.
Ahhh, aku tidak menghiraukannya. Mungkin dia ditolak dengan perempuan yang disukainya.
Bahagianya, aku hari ini :D
Oh, Tuhan, kini aku sadar akan sesuatu. Aku mengingkari janjiku. Bahkan pada saat itu aku malah bersenang-senang bersama David, padahal Evan menungguku di tengah salju yang dingin dengan cemas dan penuh harap akan kedatanganku.
Oh, Tuhan, aku benar-benar gadis yang jahat!
Jumat, 20 April 2012
I’ve Waken up
Without U here
It’s Sinking in so loud and clear
Its Over, guess its over
Wish I could take it back
and fight again
I can’t rewind,
Undo what’s done
It’s no redemption for me
Never written out this story
One Mistake, got one regret
A memory, I know u can’t forget
I’am a Prisoner
And there’s no way out
Cause the future Past
I’am Stuck in the here and now
No Time Machine
Could Ever Bring Us Back
And no apology
Is gonna get this on track
I could wait around
For a thousand years
But that will never change us
If I’am gonna bring us back
I need a time machine
Oohhh,… I need a time machine,…
Ooo,…
I Crossed The Line
I Broke the rule
I hate my self,
For Hurting you
My Conscience
Weighs so havy
Like a boulder since you left me
Even Though it kills me
I Gotta let you go
Im Fallin to pieces
And you wont even know
The pain inside
Of seing me alive
Just one mistake,
Just One regret
One Memory,
I know you can’t forget
No Time Machine
Could ever Bring us back
And no apology
Is Gonna get this On track
I Could wait around
For a thousand years
But that will never
Change us if I’m gonna bring us back,…
I need a time machine
The Fastest there’s ever been
So I could get you back with me
Rewind and long live the past
Never wanted anything so bad
How can I move on,
cause now that
my future has become youre past
No Time Machine
Could ever Bring us back
And no apology
Is Gonna get this On track
I Could wait around
For a thousand years
But that will never
Change us if I’m gonna bring us back,…
If Only I could change us
 Only I could bring us back
Gimme a time machine,…
oOo,…. Give me a time machine
oOo,…. Give me a time machine
( Andy Love – Time Machine )
Mungkin sudah puluhan kali, aku menyanyikan lagu ini. tiap kali menyanyikan lagu ini aku teringat dengan Evan Barbara. Aku pernah menaruh hati padanya namun sekarang tidak. Ini karena kebodohan dan kejahatanku. Evan menjadi berubah, berbeda dengan yang dulu.
Aku ingin seperti dulu lagi, Evan, aku merindukan dirimu yang dulu. Aku rindu saat kita bermain salju bersama waktu kecil saat musim dingin, saat kita bermain bola volley dan membuat istana pasir di pantai saat musim panas, saat kita melukis pemandangan daun yang berguguran di dekat danau di musim gugur dan saat kita berduet bersama di pernikahan kakakmu saat musim semi. Aku teringat saat-saat indah itu, yang kini tidak mungkin kembali.
Aku ingat semuanya, semua kenangan saat kita masih kecil hingga kita berpisah. Kenangan hanyalah tinggal kenangan dan aku tidak mungkin tahu kapan dan dimana semuanya akan terulang kembali. Rasanya sakit dan ingin menangis bila mengenangnya kembali.
Tanpa sadar air mataku menetes…
Give me a time machine…
Sabtu, 21 April 2012
Hari ini aku masuk sekolah seperti biasa. Kebetulan hari ini adalah hari Kartini. Sekolahku tidak mengambil pusing untuk merayakannya. Hanya sekedar upacara biasa dan menyanyikan lagu Ibu Kita Kartini. Waktu menyanyikan lagu ini, jujur aku bahkan tidak mengetahui liriknya. Apalagi pengucapan bahasa Indonesiaku masih belum terlalu fasih. Aku masih memiliki logat Inggris dan Prancis yang kental.
Jadi, aku hanya terdiam di baris belakang. Hanya mengikuti sebisanya. Setelah upacara ini, kami kembali ke kelas masing-masing untuk bekerja bakti. Kebetulan aku memiliki absen nomor genap, jadi, aku bekerja bakti di luar kelas. Tepatnya di laboratorium IPA. Setelah bekerja bakti, kami diizinkan untuk pulang. Tentu saja aku mengambil kesempatan ini.
Aku lalu menyusuri lorong sekolah. Tiba-tiba terbesit di pikiranku untuk ke balkon sekolah. Tidak ada salahnya, kan? Saat aku menapakkan kakiku, aku merasa ada sesuatu yang aneh yang baru saja kuinjak. Ternyata aku menginjak sebuah buku. Aku membukanya, di halaman pertama tertulis.
This Diary Belong To :
Evan Barbara
William Barbara
Yeah, kata Evan Barbara dicoret menjadi William Barbara. Belum sempat aku membuka halaman kedua. Tiba-tiba terdengar suara tapak kaki mendekat. Aku lalu segera berlari bersembunyi di belakang tanaman hias.
“ Aku yakin buku harianku terjatuh disini! “ , kata William pada Earl. “ Sudahlah, Will. Relakan saja buku harianmu. “ , kata Earl. “ TIDAK BISA! Aku menulis banyak rahasia disitu. Kalau sampai jatuh ditangan orang lain apalagi Keith bisa berbahaya! “ , kata William gusar. “ Memang apa yang kau tulis, Will? “ , kata Earl penasaran. “ Semuanya. Bahkan aku menulis alasan aku mendekati Raysha dahulu hingga semua rencana kita. Itu buku yang sangat berharga! “, kata William.
Aku bergumam, “ Alasan mendekatiku? “ “ Sudah, Wil, kita cari di tempat lain! “ , kata Earl menarik lengan William. Setelah keadaan aman, aku keluar dari persembunyianku. Aku berlari-berlari keluar sekolah. Aku tahu, tidak baik kalau aku terus-terusan ada di sekolah. Selain itu, aku ingin cepat-cepat membaca buku diary ini.
Sebenarnya rahasia apa yang tertulis di buku harian ini??
Bonjour !
Readers
Thank you for dropping by. Je m'appelle Keith Gillbert, actually it's fake name. Born On Saturday, 1st of April 1995 exactly in Paris.
Now stay on Jakarta. I Heart Writing Story. Enjoy my Site 'K' ? bigsmallunderlinestrikebold

Affiliates
blogwalking

Special Titha Yolanda

Lolly Sylvia and Alicia Gita

Arystha Special Special


Taggie

imymemine
<

← previous
This template and banners made by Qayyum.