Big Secret
Posted on Kamis, 26 April 2012 @ 18.51 with 0 comments


Minggu, 22 April 2012
“ Raysha! “ , terdengar teriakan Ibu memanggilku dari bawah. Aku lalu segera terbangun dan mengucek mataku. Aku lalu berjalan gontai keluar dari kamar. “ Ada apa? “ , kataku sambil menguap. “ Hari ini Ibu, Ayah, Nenek, dan Kak Venessa akan pergi ke Paris. Pesawatnya berangkat pukul 10 pagi nanti. “, kata Ibu. Aku lalu melihat ke  arah jam, masih jam setengah enam pagi…
“ Kenapa sangat mendadak? Kenapa aku juga tidak diajak? “ , tanyaku. “ Sebenarnya tidak mendadak. Kami memang sengaja tidak mengajakmu karena kamu sekolah. Ibu sangat tahu sifatmu, bila Ibu memberitahukanmu jauh-jauh hari, kau pasti akan merajuk ikut. Kami akan berada di Paris selama satuu minggu. Yeah, kami juga ingin mengajak Nenek menghirup udara musim semi. “ , kata Ibu.
“ Iya, iya, baiklah. Kalian jahat pergi tanpa mengajakku! Aku, kan juga ingin! ” , kataku merajuk.
Ibu tidak begitu menghiraukanku dan pergi mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan.
Aku hanya mendesah dan kembali ke kamar untuk, yeah, mandi setidaknya.
Setalah setengah jam mandi rasanya badan ini sudah segar, aku lalu turun ke meja makan. Disana nenek, ayah, ibu, kakak sudah menungguku untuk makan. Kami lalu makan bersama-sama, “ Ray, kami akan pergi ke Paris. Kau meminta oleh-oleh apa? “ , tanya kakakku sedikit mengejek. “ Uhhh, jangan begitu! Belika aku blazer hangat berwarna merah hati! “ , kataku. “ Hahahahaha… Kau tinggal di Indonesia Raysha. Itu tidak akan berguna bila kau gunakan disini. Apalagi disana musim semi bukan musim dingin! “ , kata kakakku. “ Terserah aku! Kau, kan, yang tanya aku meminta apa. Aku jawab, kau malah mengejekku. Dasar aneh! “ , jawabku sengit.  “ Sudah! Tidak baik berbicara apalagi bertengkar saat makan! “ , kata nenekku melerai. Akhirnya kami melanjutkan makan pagi kami.
Setelah makan pagi, aku menghampiri Ibu, “ Ibu, bolehkah aku menginap di rumah Sylvia dan Alicia? Aku tidak mungkin, kan, berada di rumah ini sendirian? Untuk hari ini dan besok saja… “ , kataku memelas. “ Iya, iya. Boleh. Jangan sampai merepotkan Tante Melly! Kamu juga harus melihat rumah sesekali. “ , kata ibuku. Yess, aku berteriak dalam hati. “ Aku akan bersiap-siap setelah ini! “ , kataku. Aku lalu pergi ke kamarku dan mempersiapkan barang-barangku termasuk diary Evan Barbara yang belum sempat kubaca.
Jam 9 tepat, kami sekeluarga berangkat ke bandara.  Yeah, aku harus mengantar ayah, ibu, nenek, kakak ke bandara dahulu baru ke rumah Sylvia-Alicia. Kami sampai di bandara pukul setengah sepuluh, sungguh waktu yang sangat terlambat! Setelah menunggu setengah jam untuk take off. Akhirnya pesawatnya berangkat juga. Aku lalu keluar ke bandara menuju mobil untuk ke rumah Sylvia-Alicia.
Sampai di rumah mereka, aku disambut hangat oleh Tante Melly dengan pelukan dan ciuman hangat yang mendarat di pipiku! Tante Karen lalu mengantarkanku ke kamar Sylvia dan Alicia, Aku lalu menyapa mereka, “ Hey! Maaf, ya, aku mengganggu kalian dengan menumpang kamar kalian! Eh, aku punya sesuatu yang menarik! “ , kataku sambil mengambil buku diary Evan dari tasku dan mengacungkannya di udara. “ Apa itu? “ , kata Sylvia. Aku lalu menceritakan semuanya. “ Hah? Benarkah? Ayo kita baca bersama! Aku penasaran! “, kata Alicia.
Kami lalu membaca bersama, membuka halama bersama, yang persis sekali seperti scrapbook.
Halaman pertamanya, berisi potongan diarynya yang berasal dari diary yang terdahulu.
1 Januari 2003
Hari ini adalah hari pertama aku berada di Prancis. Sebelumnya aku tinggal di New York. Aku melihat seorang gadis kecil yang menangis. Aku lalu mendekatinya. “ Kenapa engkau menangis? “ , tanyaku.                  “ Karena kakekku sakit dan aku tidak bisa menjenguknya. “ , jawabnya menangis. Aku lalu menghiburnya, setelah berapa lama dia akhirnya tenang. “ Namamu siapa? Namaku Raysha. “ , katanya. “ Namaku… Namaku… Sebaiknya kau tidak usah berkenalan denganku! “, kataku berlari menjauhi dirinya.Gadis kecil itu menatapku dengan tatatpan bingung dan dia meneteskan air mata lagi. Ahh, aku melewatkan teman yang baik.
Halaman berikutnya,
8 Juli 2006
Hari ini aku masuk di tempat kursus piano yang direkomendasikan kakakku, William  Setelah tiga tahun, tidak bertemu dengannnya, kini aku bertemu dengannya untuk pertama kali! Entahlah, aku tidak yakinn dia mengingatku. Dan, ternyata benar dia tidak mengingatku…
Kami mulai semua dari awal, kami berkenalan dan akhirnya berteman. Untuk sesaat ini, aku ingin dia tetap ada di sampingku sebagai temanku. Dia temanku, temanku yang pertama. Sejak kecil, aku tidak memiliki teman karena selalu di- bullying. Kata mereka aku aneh, apalagi aku juga mengidap penyakit. Mereka semakin menganggapku aneh. Namun tidak dengan Raysha. Dia baik sangat baik.
Aku menyesal mengapa dahulu tidak berkenalan dengan dirinya. Namun penyesalanku sudah berakhir karena aku sudah menjadi temannya. Dan aku berjanji akan selalu menjadi temannya.
Halaman berikutnya yang meloncat jauh,
12 Februari 2010
Hari ini aku berulang tahun ke 14! Namun ada yang membuatku sedih, ayah sakit. Penyakit jantungnya semakin parah sehingga beliau harus turun dari jabatannya. Aku akan menggantikan posisi ayah, namun karena aku masih kecil, aku dibantu oleh pamanku, Paman Rei.
Paman Rei bercerita padaku, “ Keuangan perusahaan kita sedang tidak baik. Kita mungkin tidak bisa mengatasinya. Perusahaan keluarga Gillbert terus mengancam keberadaan kita. Namun kita harus berusaha! “ , aku terhenyak, “ Terancam, paman? “
Pamanku menghela nafas, “ Cerita ini dimulai saat kamu masih kecil. Keluarga Barbara dan keluarga Gillbert besahabat.Bahkan, akan mengadakan perjoodohan untuk mempererat persahabatan. Namun, karena mempelai pria yang berasal dari keluarga Barbara membatalkan perjodohan secara sepihak. Akhirnya terjadi kekecauan, pemimpin perusahaan Gillbert saat itu langsung sakit terkena serangan jantung. Istrinya mengalami shock berat. Sejak saat itu, persahabatan terputus dan menjadi permusuhan. Keluarga Gillbert yang lebih kaya daripada kita. Selalu mengancam keberadaan perusahaan kita dengan gencar membeli saham. “
Ahh, aku tidak percaya ini! Aku dan Raysha tidak ditakdirkan untuk bersahabat! Aku benar-benar tidak bisa memahami semua ini!
Tiba-tiba terdengar telepon berbunyi, Paman Rei mengangkatnya. Paman Rei lalu berkata, “ GAWAT! Kakakmu kecelakaan. “ , kata kakakku. Kami lalu bergegas ke rumah sakit. Sesampai disana, Kak William sudah meninggal. Kakak meninggal karena tabrak lari.
Paman Rei lalu berkata, “ Ini pasti karena keluarha Gilbert! “
Aku menutup telingaku, oh, paman, jangan katakan itu lagi…
Paman lalu berkata kepada suruhannya, “ Jangan biarkan keluarga Gillbert tahu tentang ini. Kalau mereka penasaran katakan saja kalau ini kematian kerabat jauh keluarga Barbara. “
Pemakaman dilaksanakan hari ini. aku hanya bisa mennagis dan menangis. Aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpa kakak…
23 Desember 2011
Sampai detik ini, aku masih bersahabat dengan Raysha. Terkadang aku merasa benci dengan Raysha. Namun aku masih mempercayainya. Kedaan perusahaan semakin memburuk. Bahkan harga saham jatuh. Aku ingin mempercayai Raysha.
Sepulang sekolah aku menemui Raysha, “ Ray, kita makan malam saat malam Natal. Maukah kau? Jangan buat aku menunggu lebih lama karena ini. “ , kataku,. Raysha menyetujuinya.
25 Desemeber 2011
Akhirnya hari ini datang juga. Aku mempersiapkan semuanya. Aku menunggu Raysha. Menunggu dan menunggu. Namun dia tidak datang juga. Aku lalu melihat sosok Raysha datang. Raysha datang bersama seorang laki-laki. Mereka akrab sekali, seperti sepasang kekasih. Aku seperti sendiri, sendiri…
Untuk saat itu, aku benar-benar patah hati. Inikah balasan Raysha? Inikah perasaan Raysha yang sebenarnya? Apakah Raysha sedang membalaskan dendam keluarga Gillbert dengan cara menyakiti hatiku??  Hatiku terasa sakit, panas, kecewa…
Seharusnya dari awal aku tidak mempercayainya. Seharusnya… Seharusnya… Seharusnya…
Namun hati kecilku selalu menyuruhku untuk mempercayainya. Aku harus bagaima???

28 Desember 2011
Tahun baru sudah sangat dekat. Namun hatiku masih saja sakit. Masih saja…
Karena semua itu, aku harus terbaring di rumah sakit. Hatiku masih mengharapkannya kembali.
Aku benar – benar hancur saat itu. Apalagi Raysha berkata dengan mengirimiku pesan singkat,                         “ Nenekku sakit. Mungkin saja, mulai tahun depan aku sudah sibuk mempersiapkan kepindahanku ke Indonesia. Jadi, kita tidak memiliki banyak waktu untuk bertemu. “
Aku menjawab, “ Iya.. tidak apa-apa. Lagipula tidak ada bedanya kita bertemu atau tidak akrena aku terbaring di rumah sakit sekarang.
Lalu, tiba-iba paman Rei masuk. “ REI! Paman memiliki berita baik. “ , kata pamanku. “ Ekspansi perusahaan kita di Indonesia berhasil. Aku harap dengan adanya perusahaan itu bisa memeperbaiki ekonomi perusahaan. Evan kau harus ke Indonesia besok. Kau akan memimpin perusahaan itu. “ , kata paman. “ Tapi, aku masih sakit, paman? “ , kataku mendengus kesal. “ Kau akan rawat jalan! Sudahlah, semua sudah siap. “

1 Januari 2012
Hari ini, aku sudah berada di Indonesia. Sebenarnya aku sudah sampai tanggal 29 Desember kemarin, namun aku masih mengalami rawat jalan di SIngapura sampai tanggal 1 Januari, jadinya ini adalah hari pertama aku menginjakkan kaki disini.
Paman sudah mempersiapkan segalanya, bahkan besok aku sudah bisa masuk sekolah. Paman berkata, “ Kau akan memakai nama kakakmu, menjadi William Barbara. Untuk menghondari kecurigaan. “
Bagiku ini sama saja, aku ingin melanjutkan hidup kakakku. Dan entah mengaapa, sejak kejadian it, rasa benciku mulai tumbuh dalam hati dengan subur. Entah karena pamanku atau karena diriku sendiri. Aku benar-benar tidak memahaminya.
Meskipun aku berusaha untuk tidak membenci, namun itu sulit sekali. Karena rasa itu akan terus tumbuh. Aku harus menerimanya dan menerimanya.
Karena ini merupakan jalan yang sudah dipilihkan Tuhan untukku…
Aku lalu menutup buku harian itu, “ Aku tidak kuat membacanya! “ , seru Alicia. Aku mengangguk juga. Kini aku mengetahui semuanya. Entahlah, buku ini masih belum selesai kubaca…

Senin, 23 April 2012
Hari ini, aku masuk sekolah dan aku berangkat bersama Alicia-Sylvia. Sepertii dugaanku banyak orang yang memandang  kami dengan, ahhh, tatapan aneh tentunya.
Aku lalu berjalan ke kelas. Tepat saat aku duduk di kursi, bel masuk berbunyi. Menyebalkan padahal aku ingin keluar berjalan ke taman dahulu. Tidak biasanya aku terlambat seperti ini.
Aku mengikuti pelajaran. Pelajaran kali ini adalah matematika. Bukannya aku tidak suka pelajaran ini. aku sangat sangat sangat suka pelajaran ini. Namun gurunya, killer banget. Itu yang bikin aku jadi benci matematika. Kalian bisa bayangkan saja, beliau menjelaskan tanpa ada ekspresi dan kurang aktif banget di kelas. Aku paling tidak suka kalau seperti itu.
Bel istirahat berbunyi, aku lalu segera melesat pergi menuju ke taman. Aku lalu menaiki rumah pohon yang ada di taman itu. Aku menaikinya hati-hati. Aku ingin membaca buku diary Evan Barbara itu lagi…
2 Januari 2012
Rencana Paman memang benar-benar sempurna. Selain sudah mencarikan aku  sekolah, identitas baru, bahkan keluarga baru. Aku tinggal bersama keluarga Sandler.Paman berkata, mencarikan aku keluarga baru ini untuk menghindari kecurigaan keluarga Gillbert. Keluarga Sandler adalah saudara jauh keluarga kami. Keluarga ini benar-benar keluarga yang bahagia aku rasa. Mereka memiliki satu anak kandung dan satu anak angkat. Anak mereka adalah Earl dan Marcia. Aku cepat sekali berteman dengan Earl. Karena kami memiliki banyak sekali kecocokan.
Aku telah menceritakan semuanya pada Earl. Masa laluku. Earl berkata, “ Sayang, ya… Di rumah kita memang bersaudara aku rasa. Tapi, di sekolah kita hanya teman. Jangan pernah anggap aku saudara saat di sekolah. Itu untuk menghindarkan kecurigaan kalau kita tinggal bersama dan memiliki hubungan kekerabatan. “ Aku hanya mengangguk menanggapi itu semua.
Dalam mengurus perusahaan ini aku dibantu oleh ayah Earl dan Pamanku yang selalu mengontrolku dari jauh. Kehidupanku rasanya terkekang, rasanya semuanya sudaht erjadwalkan.
Entah kapan ini bisa berakhir…
Sampai saat ini, aku tidak pernah tahu menahu tentang sejarah keluargaku dan perusahaan. Perusahaan dipegang oleh nenek, ibuku, dan tanteku. Aku tidak pernah tahu, ternyata seperti ini. Sebelum peperangan yang sebenarnya dimulai hatiku sudah merasa sangat sakit.

Selasa, 24 April 2012
Hari ini benar-benar hari yang cukup melelahkan. Aku lalu ke rumah Sylvia dan Alicia lagi. Sampai disana, Alicia menyapa, “ HEY, kiddo! “  aku menjawab, “ Jangan pernah panggil aku kiddo, karena aku bukan lagi seorang kid!, kataku. “ Mana Sylvia? “ , tanyaku.
“ Itu sedang menonton Skip Beat! “ , kata Alicia menunjuk. Yeah, Sylvia adalah seorang penggemar drama. Entah itu drama Jepang, Korea, maupun Taiwan dia lahap habis. Aku sama sekali tidak tahu tentang semua itu. Bila di sekolah, perempuan di sekolahku selalu membicarakannya, entah itu drama maupun artis. Contohnya begini, “ Hey, lihat beritanya Super Junior disini! Ayo cepat! “ Aku hanya bergumam, siapa itu Super Junior. Jujur saja, Super Junior memang sudah terkenal di Paris. Bahkan, aku pernah mendengar dia pernah konser di Paris  bersama seluruh rekan perusahaannya. Tapi, hingga dia terkenal aku masih belum mengetahuinya. Aku hanya tahu sedikit saja. Meskipun aku tidak tahu, yeah, setidaknya aku ingin mengetahuinya lebih banyak juga. Hahahahaha
“ Hey, Ray, aku ajak ketemuan sama teman aku, yuk! Kita tinggalin Sylvia yang tidak mungkin bisa diganggu itu!“ , kata Alicia. “ Siapa? “ , tanyaku. “ Teman les pianoku, namanya Marcia Sandler.  “ , kata Alicia yakin. Aku terhenyak dan mengangguk.
Kami lalu berangkat menuju sebuah restoran. Alicia lalu menyapa Marcia. Alicia lalu memperkenalkan aku dengan Marcia. “ Namaku Raysha Gillbert. “ , kataku. Sebenarnya aku agak berat menyebutkan margaku. Karena secara tidak langsung dan mungkin saja keluarga Sandler juga benci padaku,
Kami lalu berbincang. Marcia memang baik dan aku sangat senang berada di dekatnya. Setelah berbincang kami pulang. Alicia berjalan lebih dulu dan keluar lebih dahulu. Tiba-tiba Marcia menarik tanganku. “ Hey, kau benar dari keluarga Gillbert? “, kata  Marcia. Aku mengangguk.
“ Kalau begitu kau harus hati-hati. Aku bukannya mengkhianati keluargaku atau bukan. Aku bahkan tidak memihak siapapun. Kenalkan aku adalah adik Earl Sandler sahabat William Barbara. Aku hanya memperingatkan padamu, namun aku tidak yakin ini benar atau tidak. Kakakku dan William memiliki rencana buruk pada keluargamu. Sepertinya mereka akan menghancurkan harga saham. Mereka memanfaatkan kekosongan dalam perusahaan. Maksudku, bukannya keluargamu berlibur, kan? Kau harus menyelidiki dan menghentikan ini semua. Atau semuanya hilang tanpa berbekas, Ray. “ , kata Marcia. “ Aku tidak mengerti maksudmu. Maksudmu mereka menyogok seorang pegawai untuk melakukan, yeah pemalsuan dokumen mungkin. “ , kataku hanya mengira-ngira dan sedikit berfantasi.
“ Benar seperti dugaanmu! Kau harus hati-hati. Dan aku tidak main-main dengan ucapanku. Aku membaantumu karena kau teman bahkan kau sudah dianggap saudara oleh Alicia. Aku hanya membalas budi baik Alicia lewatmu. 
Aku terhenyak. Entahlah aku jadi sedikit bingung dan tidak percaya. Mengapa cerita hidupku menjadi seperti drama televisi dan film-film yang sedikit dramatis itu??

Rabu, 25 April 2012
Esoknya setelah pulang sekolah, aku mencoba untuk mampir ke perusahaan. Aku merasa beda dan asing ketika menapaki gedung yang megah ini. Para pegawai yang kebetulan kenal denganku. Aku menjawabnya dengan tersenyum. Aku lalu memasuki ruanganku. Sebenarnya, ruangan ini dipersiapkan saat aku kuliah nanti. Nenek ingin aku bergabung di perusahaan setelah aku lulus SMA.
Aku menduduki kursi putarku. Aku suka sekali berputar-putar disini. Aku tidak mengetahui namanya, aku hanya sering menyebutnya kursi putar. Aku lalu menatap langit-langit. Aku harus memulai semua ini darimana? Darimana? Aku bahkan tidak pernah tahu tentang perusahaan ini. aku tidak mengetahui system manajemen perusahaan.
Tidak tahu, tidak tahu, dan tidak tahu…
Aku lalu mencoba pergi ke ruang berkas data. Tidak mudah memasuki tempat ini. Aku harus mencari alasan. “ Eum, eum, aku ingin mencari laporan keuangan bulan Januari-Maret, Pak. Sebab nenek menyuruhku untuk meng-fax-nya. Oh, iya, Pak, siapa yang sering masuk ke ruangan ini? “ , tanyaku.
“ Kau ini aneh, Nak. Yang biasanya memasuki ruangan ini tentunya bagian perencanaan keuangan dan pengelolaan keuangan. Tapi, bapak merasa ada yang aneh, Nak. “ , kata bapak itu.
“ Manajer Karen selalu memasuki ruangan ini. Tapi, bapak tidak terlalu menaruh curiga. “ , lanjut bapak itu. Aku lalu mengangguk dan segera meminta izin memasuki ruangan itu. Mataku menangkap sesuatu, sebuah strap handphone. Aku mengambilnya.
Aku lalu mencari laporan keuangan. Yeah, meskipun hanya berpura-pura aku tidak mungkin perggi dengan tangan kosong, kan? Nanti aku bisa dicurigai…
Setelah mencari, aku lalu keluar. Aku lalu kembali ke ruanganku. Aku tergoda membaca buku diary Evan Barbara. Aku sengaja membuka-bukanya. Aku tertarik pada suatu halaman yang terdapat foto Earl, William, Marcia, dan seorang gadis muda.
14 February 2012
Hey! Hari ini keluarga Sandler mengajakku liburan ke Malaysia. Foto perempuan antara aku, Earl, dan Marcia, adalah foto Tante Karen. Tante Karen adalah tante-nya Marcia dan Earl. Dia baik sekali…
Aku sangat suka berada di dekatnya. Dia adalah salah satu manajer di perusahaan keluarga Gillbert. Setelah dia mendengarkan kisahku, dia bahkan bersedia membantuku, membantuku untuk membalaskan dendamku. Aku tidak tahu apakah aku pantas menyebut ini dendam. Sampai saat ini, meskipun seluruh keluarga Barbara bertumpu padaku untuk membalaskan dendam, namun aku masih dilemma. Aku masih belum yakin ini dendam atau bukan.
Tante Karen berkata, “ Biarlah Tante dipecat bila ini semua terungkap. Tante akan ikut mendukung dan berjuang bersamamu. Oh, iya, Tante juga salah satu orang kepercayaan Laura Gillbert, menantu keluarga Gillbert. “
Aku hanya mengangguk dan mengangguk. Biarlah ini terus berjalan…
Aku terkejut, Laura Gillbert ? Laura Gillbert adalah tanteku. Aku lalu membuka halaman itu lagi. Aku menemukan sebuah foto. Foto Manajer Karen yang sedang memegang ponselnya memberitahukan sesuatu pada Marcia. Aku memperhatikan foto itu lekat-lekat. Itu strap handphone yang sama dengan yang kubawa! Oh, ternyata benar apa yang dikatakan bapak penjaga itu.
Kecurigaanku semakin kuat dan meyakinkan…
Aku harus menghentikan ini semua!

Kamis, 26 April 2012
Aku berangkat sekolah dengan hati gontai. Aku, keluargaku, mungkin saja. Aku selalu menganggp kami adalah keluarga yang baik dan tidak memiliki musuh. Namun ternyata ada yang begitu membenci kami. Masalah yangs eharusnya selesai sejak dulu, mengapa harus diturunkan kepadaku. Aku yakin ini adalah pikiran yang berkecamuk di pikiran Evan saat dia masih kecil. Saat dia masih belum bisa menerimanya, namun pikirannya dipaksa menerima itu. Anak kecil yang kesepian dan sedih…
Aku tidak habis piker, hanya masalah pembatalan perjodohan hingga sampai seperti ini efeknya. Aku merasa ini terlalu dilebih-lebihkan! Ini hanya masalah biasa! Kenapa mereka dulu harus seperti anak kecil. Mengapa tidak ada yang mau mengalah, kenapa harus begini. Pikiranku masih belum menerima, hanya masalah sesederhana ini, manjadi rumit bahkan hingga pada klimaks-nya, membalas dendam.
Bahkan kini dendam itu telah memasuki hati Evan. Tuhan, semoga dendam di hati Evan bisa cepat reda dan tidak ada permusuhan lagi. Namun aku tidak yakin itu, keluargaku sudah menyiksa keluarga Barbara dengan menghancurkan mereka…
Dan ini saatnya mereka menghancurkan kami. Tidak ada salahnya ini memang haknya. Tapi, aku masih belum bisa menerimanya…
Aku bertekat, kini setelah aku menyelamatkan perusahaan, aku juga akan mendamaikan keluarga Barbara dan Gillbert. Aku tidak akan berhenti…
Tuhan, bantu aku menghadapi ini semuanya. Berikan aku kekuatan untuk menjalankan ini semua. Berikan aku ketabahan dan kelapangan dada untuk menerima semuanya. Berikan aku cinta dan rasa kasih sayang untuk mencegah ini semua. Untuk mendamaikan semua. Menolong hati yang tersakiti, hati yang tidak bersalah, dan hati yang tidak mengetahui apapun, semua yang terlibat, agar mereka kembali. Kembali damai seperti sedia kala…
 Aku selalu berpikir, ini nyata atau tidak. Lama-lama ini semakin mirip cerita yang sering aku baca. Lama-lama aku seperti Alice yang tersesat di liang kelinci. Ahhh, entahlah, tapi, ini nyata…  
0Comments:

Posting Komentar

Bonjour !
Readers
Thank you for dropping by. Je m'appelle Keith Gillbert, actually it's fake name. Born On Saturday, 1st of April 1995 exactly in Paris.
Now stay on Jakarta. I Heart Writing Story. Enjoy my Site 'K' ? bigsmallunderlinestrikebold

Affiliates
blogwalking

Special Titha Yolanda

Lolly Sylvia and Alicia Gita

Arystha Special Special


Taggie

imymemine
<

← previousnext →
This template and banners made by Qayyum.