Fake Worlds; | |
let's get up let's get on it can we finish what we started | |
Big Secret
Posted on Kamis, 26 April 2012
Minggu, 22 April 2012
“ Raysha! “ , terdengar teriakan
Ibu memanggilku dari bawah. Aku lalu segera terbangun dan mengucek mataku. Aku
lalu berjalan gontai keluar dari kamar. “ Ada apa? “ , kataku sambil menguap. “
Hari ini Ibu, Ayah, Nenek, dan Kak Venessa akan pergi ke Paris. Pesawatnya
berangkat pukul 10 pagi nanti. “, kata Ibu. Aku lalu melihat ke arah jam, masih jam setengah enam pagi…
“ Kenapa sangat mendadak? Kenapa
aku juga tidak diajak? “ , tanyaku. “ Sebenarnya tidak mendadak. Kami memang
sengaja tidak mengajakmu karena kamu sekolah. Ibu sangat tahu sifatmu, bila Ibu
memberitahukanmu jauh-jauh hari, kau pasti akan merajuk ikut. Kami akan berada
di Paris selama satuu minggu. Yeah, kami juga ingin mengajak Nenek menghirup
udara musim semi. “ , kata Ibu.
“ Iya, iya, baiklah. Kalian jahat
pergi tanpa mengajakku! Aku, kan juga ingin! ” , kataku merajuk.
Ibu tidak begitu menghiraukanku
dan pergi mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan.
Aku hanya mendesah dan kembali ke
kamar untuk, yeah, mandi setidaknya.
Setalah setengah jam mandi
rasanya badan ini sudah segar, aku lalu turun ke meja makan. Disana nenek,
ayah, ibu, kakak sudah menungguku untuk makan. Kami lalu makan bersama-sama, “
Ray, kami akan pergi ke Paris. Kau meminta oleh-oleh apa? “ , tanya kakakku
sedikit mengejek. “ Uhhh, jangan begitu! Belika aku blazer hangat berwarna merah hati! “ , kataku. “ Hahahahaha… Kau
tinggal di Indonesia Raysha. Itu tidak akan berguna bila kau gunakan disini. Apalagi
disana musim semi bukan musim dingin! “ , kata kakakku. “ Terserah aku! Kau,
kan, yang tanya aku meminta apa. Aku jawab, kau malah mengejekku. Dasar aneh! “
, jawabku sengit. “ Sudah! Tidak baik
berbicara apalagi bertengkar saat makan! “ , kata nenekku melerai. Akhirnya
kami melanjutkan makan pagi kami.
Setelah makan pagi, aku
menghampiri Ibu, “ Ibu, bolehkah aku menginap di rumah Sylvia dan Alicia? Aku
tidak mungkin, kan, berada di rumah ini sendirian? Untuk hari ini dan besok
saja… “ , kataku memelas. “ Iya, iya. Boleh. Jangan sampai merepotkan Tante Melly!
Kamu juga harus melihat rumah sesekali. “ , kata ibuku. Yess, aku berteriak
dalam hati. “ Aku akan bersiap-siap setelah ini! “ , kataku. Aku lalu pergi ke kamarku
dan mempersiapkan barang-barangku termasuk diary Evan Barbara yang belum sempat
kubaca.
Jam 9 tepat, kami sekeluarga
berangkat ke bandara. Yeah, aku harus
mengantar ayah, ibu, nenek, kakak ke bandara dahulu baru ke rumah
Sylvia-Alicia. Kami sampai di bandara pukul setengah sepuluh, sungguh waktu
yang sangat terlambat! Setelah menunggu setengah jam untuk take off. Akhirnya pesawatnya berangkat juga. Aku lalu keluar ke
bandara menuju mobil untuk ke rumah Sylvia-Alicia.
Sampai di rumah mereka, aku disambut
hangat oleh Tante Melly dengan pelukan dan ciuman hangat yang mendarat di
pipiku! Tante Karen lalu mengantarkanku ke kamar Sylvia dan Alicia, Aku lalu
menyapa mereka, “ Hey! Maaf, ya, aku mengganggu kalian dengan menumpang kamar
kalian! Eh, aku punya sesuatu yang menarik! “ , kataku sambil mengambil buku
diary Evan dari tasku dan mengacungkannya di udara. “ Apa itu? “ , kata Sylvia.
Aku lalu menceritakan semuanya. “ Hah? Benarkah? Ayo kita baca bersama! Aku
penasaran! “, kata Alicia.
Kami lalu membaca bersama,
membuka halama bersama, yang persis sekali seperti scrapbook.
Halaman pertamanya, berisi
potongan diarynya yang berasal dari
diary yang terdahulu.
1 Januari 2003
Hari ini adalah hari pertama aku berada di Prancis. Sebelumnya aku
tinggal di New York. Aku melihat seorang gadis kecil yang menangis. Aku lalu
mendekatinya. “ Kenapa engkau menangis? “ , tanyaku. “ Karena kakekku sakit dan
aku tidak bisa menjenguknya. “ , jawabnya menangis. Aku lalu menghiburnya,
setelah berapa lama dia akhirnya tenang. “ Namamu siapa? Namaku Raysha. “ ,
katanya. “ Namaku… Namaku… Sebaiknya kau tidak usah berkenalan denganku! “,
kataku berlari menjauhi dirinya.Gadis kecil itu menatapku dengan tatatpan
bingung dan dia meneteskan air mata lagi. Ahh, aku melewatkan teman yang baik.
Halaman berikutnya,
8 Juli 2006
Hari ini aku masuk di tempat kursus piano yang direkomendasikan
kakakku, William Setelah tiga tahun,
tidak bertemu dengannnya, kini aku bertemu dengannya untuk pertama kali!
Entahlah, aku tidak yakinn dia mengingatku. Dan, ternyata benar dia tidak
mengingatku…
Kami mulai semua dari awal, kami berkenalan dan akhirnya berteman.
Untuk sesaat ini, aku ingin dia tetap ada di sampingku sebagai temanku. Dia
temanku, temanku yang pertama. Sejak kecil, aku tidak memiliki teman karena
selalu di- bullying. Kata mereka aku aneh,
apalagi aku juga mengidap penyakit. Mereka semakin menganggapku aneh. Namun
tidak dengan Raysha. Dia baik sangat baik.
Aku menyesal mengapa dahulu tidak berkenalan dengan dirinya. Namun penyesalanku
sudah berakhir karena aku sudah menjadi temannya. Dan aku berjanji akan selalu
menjadi temannya.
Halaman berikutnya yang meloncat
jauh,
12 Februari 2010
Hari ini aku berulang tahun ke 14! Namun ada yang membuatku sedih, ayah
sakit. Penyakit jantungnya semakin parah sehingga beliau harus turun dari
jabatannya. Aku akan menggantikan posisi ayah, namun karena aku masih kecil,
aku dibantu oleh pamanku, Paman Rei.
Paman Rei bercerita padaku, “ Keuangan perusahaan kita sedang tidak
baik. Kita mungkin tidak bisa mengatasinya. Perusahaan keluarga Gillbert terus
mengancam keberadaan kita. Namun kita harus berusaha! “ , aku terhenyak, “
Terancam, paman? “
Pamanku menghela nafas, “ Cerita ini dimulai saat kamu masih kecil.
Keluarga Barbara dan keluarga Gillbert besahabat.Bahkan, akan mengadakan
perjoodohan untuk mempererat persahabatan. Namun, karena mempelai pria yang
berasal dari keluarga Barbara membatalkan perjodohan secara sepihak. Akhirnya
terjadi kekecauan, pemimpin perusahaan Gillbert saat itu langsung sakit terkena
serangan jantung. Istrinya mengalami shock berat. Sejak saat itu, persahabatan terputus dan menjadi permusuhan.
Keluarga Gillbert yang lebih kaya daripada kita. Selalu mengancam keberadaan
perusahaan kita dengan gencar membeli saham. “
Ahh, aku tidak percaya ini! Aku dan Raysha tidak ditakdirkan untuk
bersahabat! Aku benar-benar tidak bisa memahami semua ini!
Tiba-tiba terdengar telepon berbunyi, Paman Rei mengangkatnya. Paman
Rei lalu berkata, “ GAWAT! Kakakmu kecelakaan. “ , kata kakakku. Kami lalu
bergegas ke rumah sakit. Sesampai disana, Kak William sudah meninggal. Kakak meninggal
karena tabrak lari.
Paman Rei lalu berkata, “ Ini pasti karena keluarha Gilbert! “
Aku menutup telingaku, oh, paman, jangan katakan itu lagi…
Paman lalu berkata kepada suruhannya, “ Jangan biarkan keluarga
Gillbert tahu tentang ini. Kalau mereka penasaran katakan saja kalau ini
kematian kerabat jauh keluarga Barbara. “
Pemakaman dilaksanakan hari ini. aku hanya bisa mennagis dan menangis.
Aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpa kakak…
…
23 Desember 2011
Sampai detik ini, aku masih bersahabat dengan Raysha. Terkadang aku
merasa benci dengan Raysha. Namun aku masih mempercayainya. Kedaan perusahaan
semakin memburuk. Bahkan harga saham jatuh. Aku ingin mempercayai Raysha.
Sepulang sekolah aku menemui Raysha, “ Ray, kita makan malam saat malam
Natal. Maukah kau? Jangan buat aku menunggu lebih lama karena ini. “ , kataku,.
Raysha menyetujuinya.
…
25 Desemeber 2011
Akhirnya hari ini datang juga. Aku mempersiapkan semuanya. Aku menunggu
Raysha. Menunggu dan menunggu. Namun dia tidak datang juga. Aku lalu melihat
sosok Raysha datang. Raysha datang bersama seorang laki-laki. Mereka akrab
sekali, seperti sepasang kekasih. Aku seperti sendiri, sendiri…
Untuk saat itu, aku benar-benar patah hati. Inikah balasan Raysha?
Inikah perasaan Raysha yang sebenarnya? Apakah Raysha sedang membalaskan dendam
keluarga Gillbert dengan cara menyakiti hatiku?? Hatiku terasa sakit, panas, kecewa…
Seharusnya dari awal aku tidak mempercayainya. Seharusnya… Seharusnya…
Seharusnya…
Namun hati kecilku selalu menyuruhku untuk mempercayainya. Aku harus
bagaima???
28 Desember 2011
Tahun baru sudah sangat dekat. Namun hatiku masih saja sakit. Masih
saja…
Karena semua itu, aku harus terbaring di rumah sakit. Hatiku masih
mengharapkannya kembali.
Aku benar – benar hancur saat itu. Apalagi Raysha berkata dengan
mengirimiku pesan singkat, “ Nenekku sakit.
Mungkin saja, mulai tahun depan aku sudah sibuk mempersiapkan kepindahanku ke
Indonesia. Jadi, kita tidak memiliki banyak waktu untuk bertemu. “
Aku menjawab, “ Iya.. tidak apa-apa. Lagipula tidak ada bedanya kita
bertemu atau tidak akrena aku terbaring di rumah sakit sekarang.
Lalu, tiba-iba paman Rei masuk. “ REI! Paman memiliki berita baik. “ ,
kata pamanku. “ Ekspansi perusahaan kita di Indonesia berhasil. Aku harap
dengan adanya perusahaan itu bisa memeperbaiki ekonomi perusahaan. Evan kau
harus ke Indonesia besok. Kau akan memimpin perusahaan itu. “ , kata paman. “
Tapi, aku masih sakit, paman? “ , kataku mendengus kesal. “ Kau akan rawat
jalan! Sudahlah, semua sudah siap. “
1 Januari 2012
Hari ini, aku sudah berada di Indonesia. Sebenarnya aku sudah sampai
tanggal 29 Desember kemarin, namun aku masih mengalami rawat jalan di SIngapura
sampai tanggal 1 Januari, jadinya ini adalah hari pertama aku menginjakkan kaki
disini.
Paman sudah mempersiapkan segalanya, bahkan besok aku sudah bisa masuk
sekolah. Paman berkata, “ Kau akan memakai nama kakakmu, menjadi William
Barbara. Untuk menghondari kecurigaan. “
Bagiku ini sama saja, aku ingin melanjutkan hidup kakakku. Dan entah
mengaapa, sejak kejadian it, rasa benciku mulai tumbuh dalam hati dengan subur.
Entah karena pamanku atau karena diriku sendiri. Aku benar-benar tidak
memahaminya.
Meskipun aku berusaha untuk tidak membenci, namun itu sulit sekali.
Karena rasa itu akan terus tumbuh. Aku harus menerimanya dan menerimanya.
Karena ini merupakan jalan yang sudah dipilihkan Tuhan untukku…
…
Aku lalu menutup buku harian itu,
“ Aku tidak kuat membacanya! “ , seru Alicia. Aku mengangguk juga. Kini aku
mengetahui semuanya. Entahlah, buku ini masih belum selesai kubaca…
Senin, 23 April 2012
Hari ini, aku masuk sekolah dan
aku berangkat bersama Alicia-Sylvia. Sepertii dugaanku banyak orang yang
memandang kami dengan, ahhh, tatapan
aneh tentunya.
Aku lalu berjalan ke kelas. Tepat
saat aku duduk di kursi, bel masuk berbunyi. Menyebalkan padahal aku ingin
keluar berjalan ke taman dahulu. Tidak biasanya aku terlambat seperti ini.
Aku mengikuti pelajaran.
Pelajaran kali ini adalah matematika. Bukannya aku tidak suka pelajaran ini.
aku sangat sangat sangat suka pelajaran ini. Namun gurunya, killer banget. Itu yang bikin aku jadi
benci matematika. Kalian bisa bayangkan saja, beliau menjelaskan tanpa ada
ekspresi dan kurang aktif banget di kelas. Aku paling tidak suka kalau seperti
itu.
Bel istirahat berbunyi, aku lalu
segera melesat pergi menuju ke taman. Aku lalu menaiki rumah pohon yang ada di
taman itu. Aku menaikinya hati-hati. Aku ingin membaca buku diary Evan Barbara
itu lagi…
2 Januari 2012
Rencana Paman memang benar-benar sempurna. Selain sudah mencarikan
aku sekolah, identitas baru, bahkan
keluarga baru. Aku tinggal bersama keluarga Sandler.Paman berkata, mencarikan
aku keluarga baru ini untuk menghindari kecurigaan keluarga Gillbert. Keluarga
Sandler adalah saudara jauh keluarga kami. Keluarga ini benar-benar keluarga
yang bahagia aku rasa. Mereka memiliki satu anak kandung dan satu anak angkat.
Anak mereka adalah Earl dan Marcia. Aku cepat sekali berteman dengan Earl.
Karena kami memiliki banyak sekali kecocokan.
Aku telah menceritakan semuanya pada Earl. Masa laluku. Earl berkata, “
Sayang, ya… Di rumah kita memang bersaudara aku rasa. Tapi, di sekolah kita
hanya teman. Jangan pernah anggap aku saudara saat di sekolah. Itu untuk
menghindarkan kecurigaan kalau kita tinggal bersama dan memiliki hubungan
kekerabatan. “ Aku hanya mengangguk menanggapi itu semua.
Dalam mengurus perusahaan ini aku dibantu oleh ayah Earl dan Pamanku
yang selalu mengontrolku dari jauh. Kehidupanku rasanya terkekang, rasanya
semuanya sudaht erjadwalkan.
Entah kapan ini bisa berakhir…
…
Sampai saat ini, aku tidak pernah
tahu menahu tentang sejarah keluargaku dan perusahaan. Perusahaan dipegang oleh
nenek, ibuku, dan tanteku. Aku tidak pernah tahu, ternyata seperti ini. Sebelum
peperangan yang sebenarnya dimulai hatiku sudah merasa sangat sakit.
Selasa, 24 April 2012
Hari ini benar-benar hari yang
cukup melelahkan. Aku lalu ke rumah Sylvia dan Alicia lagi. Sampai disana,
Alicia menyapa, “ HEY, kiddo! “ aku menjawab, “ Jangan pernah panggil aku kiddo, karena aku bukan lagi seorang kid!, kataku. “ Mana Sylvia? “ ,
tanyaku.
“ Itu sedang menonton Skip Beat! “ , kata Alicia menunjuk.
Yeah, Sylvia adalah seorang penggemar drama. Entah itu drama Jepang, Korea,
maupun Taiwan dia lahap habis. Aku sama sekali tidak tahu tentang semua itu.
Bila di sekolah, perempuan di sekolahku selalu membicarakannya, entah itu drama
maupun artis. Contohnya begini, “ Hey, lihat beritanya Super Junior disini! Ayo cepat! “ Aku hanya bergumam, siapa itu
Super Junior. Jujur saja, Super Junior memang sudah terkenal di Paris. Bahkan,
aku pernah mendengar dia pernah konser di Paris
bersama seluruh rekan perusahaannya. Tapi, hingga dia terkenal aku masih
belum mengetahuinya. Aku hanya tahu sedikit saja. Meskipun aku tidak tahu,
yeah, setidaknya aku ingin mengetahuinya lebih banyak juga. Hahahahaha
“ Hey, Ray, aku ajak ketemuan
sama teman aku, yuk! Kita tinggalin Sylvia yang tidak mungkin bisa diganggu
itu!“ , kata Alicia. “ Siapa? “ , tanyaku. “ Teman les pianoku, namanya Marcia
Sandler. “ , kata Alicia yakin. Aku terhenyak
dan mengangguk.
Kami lalu berangkat menuju sebuah
restoran. Alicia lalu menyapa Marcia. Alicia lalu memperkenalkan aku dengan
Marcia. “ Namaku Raysha Gillbert. “ , kataku. Sebenarnya aku agak berat
menyebutkan margaku. Karena secara tidak langsung dan mungkin saja keluarga
Sandler juga benci padaku,
Kami lalu berbincang. Marcia
memang baik dan aku sangat senang berada di dekatnya. Setelah berbincang kami
pulang. Alicia berjalan lebih dulu dan keluar lebih dahulu. Tiba-tiba Marcia
menarik tanganku. “ Hey, kau benar dari keluarga Gillbert? “, kata Marcia. Aku mengangguk.
“ Kalau begitu kau harus
hati-hati. Aku bukannya mengkhianati keluargaku atau bukan. Aku bahkan tidak
memihak siapapun. Kenalkan aku adalah adik Earl Sandler sahabat William
Barbara. Aku hanya memperingatkan padamu, namun aku tidak yakin ini benar atau
tidak. Kakakku dan William memiliki rencana buruk pada keluargamu. Sepertinya
mereka akan menghancurkan harga saham. Mereka memanfaatkan kekosongan dalam
perusahaan. Maksudku, bukannya keluargamu berlibur, kan? Kau harus menyelidiki
dan menghentikan ini semua. Atau semuanya hilang tanpa berbekas, Ray. “ , kata
Marcia. “ Aku tidak mengerti maksudmu. Maksudmu mereka menyogok seorang pegawai
untuk melakukan, yeah pemalsuan dokumen mungkin. “ , kataku hanya mengira-ngira
dan sedikit berfantasi.
“ Benar seperti dugaanmu! Kau
harus hati-hati. Dan aku tidak main-main dengan ucapanku. Aku membaantumu
karena kau teman bahkan kau sudah dianggap saudara oleh Alicia. Aku hanya
membalas budi baik Alicia lewatmu. “
Aku terhenyak. Entahlah aku jadi
sedikit bingung dan tidak percaya. Mengapa cerita hidupku menjadi seperti drama
televisi dan film-film yang sedikit dramatis itu??
Rabu, 25 April 2012
Esoknya setelah pulang sekolah,
aku mencoba untuk mampir ke perusahaan. Aku merasa beda dan asing ketika
menapaki gedung yang megah ini. Para pegawai yang kebetulan kenal denganku. Aku
menjawabnya dengan tersenyum. Aku lalu memasuki ruanganku. Sebenarnya, ruangan
ini dipersiapkan saat aku kuliah nanti. Nenek ingin aku bergabung di perusahaan
setelah aku lulus SMA.
Aku menduduki kursi putarku. Aku
suka sekali berputar-putar disini. Aku tidak mengetahui namanya, aku hanya
sering menyebutnya kursi putar. Aku lalu menatap langit-langit. Aku harus
memulai semua ini darimana? Darimana? Aku bahkan tidak pernah tahu tentang
perusahaan ini. aku tidak mengetahui system manajemen perusahaan.
Tidak tahu, tidak tahu, dan tidak
tahu…
Aku lalu mencoba pergi ke ruang
berkas data. Tidak mudah memasuki tempat ini. Aku harus mencari alasan. “ Eum,
eum, aku ingin mencari laporan keuangan bulan Januari-Maret, Pak. Sebab nenek
menyuruhku untuk meng-fax-nya. Oh,
iya, Pak, siapa yang sering masuk ke ruangan ini? “ , tanyaku.
“ Kau ini aneh, Nak. Yang
biasanya memasuki ruangan ini tentunya bagian perencanaan keuangan dan pengelolaan
keuangan. Tapi, bapak merasa ada yang aneh, Nak. “ , kata bapak itu.
“ Manajer Karen selalu memasuki
ruangan ini. Tapi, bapak tidak terlalu menaruh curiga. “ , lanjut bapak itu.
Aku lalu mengangguk dan segera meminta izin memasuki ruangan itu. Mataku
menangkap sesuatu, sebuah strap handphone.
Aku mengambilnya.
Aku lalu mencari laporan
keuangan. Yeah, meskipun hanya berpura-pura aku tidak mungkin perggi dengan
tangan kosong, kan? Nanti aku bisa dicurigai…
Setelah mencari, aku lalu keluar.
Aku lalu kembali ke ruanganku. Aku tergoda membaca buku diary Evan Barbara. Aku
sengaja membuka-bukanya. Aku tertarik pada suatu halaman yang terdapat foto
Earl, William, Marcia, dan seorang gadis muda.
14 February 2012
Hey! Hari ini keluarga Sandler mengajakku liburan ke Malaysia. Foto
perempuan antara aku, Earl, dan Marcia, adalah foto Tante Karen. Tante Karen
adalah tante-nya Marcia dan Earl. Dia baik sekali…
Aku sangat suka berada di dekatnya. Dia adalah salah satu manajer di
perusahaan keluarga Gillbert. Setelah dia mendengarkan kisahku, dia bahkan
bersedia membantuku, membantuku untuk membalaskan dendamku. Aku tidak tahu
apakah aku pantas menyebut ini dendam. Sampai saat ini, meskipun seluruh
keluarga Barbara bertumpu padaku untuk membalaskan dendam, namun aku masih
dilemma. Aku masih belum yakin ini dendam atau bukan.
Tante Karen berkata, “ Biarlah Tante dipecat bila ini semua terungkap.
Tante akan ikut mendukung dan berjuang bersamamu. Oh, iya, Tante juga salah
satu orang kepercayaan Laura Gillbert, menantu keluarga Gillbert. “
Aku hanya mengangguk dan mengangguk. Biarlah ini terus berjalan…
…
Aku terkejut, Laura Gillbert ?
Laura Gillbert adalah tanteku. Aku lalu membuka halaman itu lagi. Aku menemukan
sebuah foto. Foto Manajer Karen yang sedang memegang ponselnya memberitahukan
sesuatu pada Marcia. Aku memperhatikan foto itu lekat-lekat. Itu strap handphone yang sama dengan yang
kubawa! Oh, ternyata benar apa yang dikatakan bapak penjaga itu.
Kecurigaanku semakin kuat dan
meyakinkan…
Aku harus menghentikan ini semua!
Kamis, 26 April 2012
Aku berangkat sekolah dengan hati
gontai. Aku, keluargaku, mungkin saja. Aku selalu menganggp kami adalah
keluarga yang baik dan tidak memiliki musuh. Namun ternyata ada yang begitu
membenci kami. Masalah yangs eharusnya selesai sejak dulu, mengapa harus
diturunkan kepadaku. Aku yakin ini adalah pikiran yang berkecamuk di pikiran
Evan saat dia masih kecil. Saat dia masih belum bisa menerimanya, namun
pikirannya dipaksa menerima itu. Anak kecil yang kesepian dan sedih…
Aku tidak habis piker, hanya
masalah pembatalan perjodohan hingga sampai seperti ini efeknya. Aku merasa ini
terlalu dilebih-lebihkan! Ini hanya masalah biasa! Kenapa mereka dulu harus
seperti anak kecil. Mengapa tidak ada yang mau mengalah, kenapa harus begini.
Pikiranku masih belum menerima, hanya masalah sesederhana ini, manjadi rumit
bahkan hingga pada klimaks-nya, membalas dendam.
Bahkan kini dendam itu telah
memasuki hati Evan. Tuhan, semoga dendam di hati Evan bisa cepat reda dan tidak
ada permusuhan lagi. Namun aku tidak yakin itu, keluargaku sudah menyiksa
keluarga Barbara dengan menghancurkan mereka…
Dan ini saatnya mereka
menghancurkan kami. Tidak ada salahnya ini memang haknya. Tapi, aku masih belum
bisa menerimanya…
Aku bertekat, kini setelah aku menyelamatkan
perusahaan, aku juga akan mendamaikan keluarga Barbara dan Gillbert. Aku tidak
akan berhenti…
Tuhan, bantu aku menghadapi ini
semuanya. Berikan aku kekuatan untuk menjalankan ini semua. Berikan aku
ketabahan dan kelapangan dada untuk menerima semuanya. Berikan aku cinta dan
rasa kasih sayang untuk mencegah ini semua. Untuk mendamaikan semua. Menolong
hati yang tersakiti, hati yang tidak bersalah, dan hati yang tidak mengetahui
apapun, semua yang terlibat, agar mereka kembali. Kembali damai seperti sedia
kala…
Aku selalu berpikir, ini nyata atau tidak.
Lama-lama ini semakin mirip cerita yang sering aku baca. Lama-lama aku seperti
Alice yang tersesat di liang kelinci. Ahhh, entahlah, tapi, ini nyata…
0Comments:
|
Bonjour !
Readers
Now stay on Jakarta. I Heart Writing Story. Enjoy my Site 'K' ? bigsmallunderline Affiliates
blogwalking Lolly Sylvia and Alicia Gita Arystha Special Special Taggie imymemine
|
This template and banners made by Qayyum. |
Posting Komentar